Ketela pandemir bisa berbahaya jika pengolahannya salah. Karena ketela jenis ini mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan zat sianida dalam tubuh saat dikonsumsi.
Salah satu petani, Jairan (40) mengatakan proses pengolahan ketela pendemir agar bisa dikonsumsi sebenarnya mudah dan sederhana. Hanya butuh perendaman dengan air selama 2 hari.
Baca juga: Gede Banget! Ketela Raksasa di Ponorogo Ini Hasilkan 50 Kg Satu Batangnya |
"Direndam air biasa, paling tidak dua hari. Habis itu baru bisa diolah," terang Jairan, petani warga Desa Pangkal, Kecamatan Sawoo, Rabu (8/9/2021).
Jairan menambahkan biasanya ketela pandemir diolah jadi makanan tradisional, gaplek. Setiap pekan, selalu ada pengepul yang mengambil gaplek buatannya.
"Biasanya dibuat gaplek, ada pengepul yang datang ke rumah untuk ambil," tambah Jairan.
Baca juga: Gede Banget! Satu Umbi Singkong di Klaten Ini Beratnya 9 Kg |
Sementara, petani lainnya Sunartin mengaku selain mengolah menjadi gaplek, biasanya diolah menjadi nasi tiwul. Harganya pun lebih mahal mencapai Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram.
"Kadang selain gaplek, bikin nasi tiwul," imbuh Sunartin.
Ketela pandemir sendiri untuk satu umbinya bisa mempunyai berat rata-rata 3-5 kg. Sehingga untuk satu batang ketela, bisa menghasilkan sekitar 50 kg. Masa tanam ketela ini sekitar 9 bulan-1 tahun. Secara kasat mata, ketela ini memang terlihat sangat besar. Ukurannya bisa sampai sebesar kentongan. (iwd/iwd)