Fakta di Balik Tudingan RSUD Situbondo COVID-kan Korban Tewas Kecelakaan

Round-Up

Fakta di Balik Tudingan RSUD Situbondo COVID-kan Korban Tewas Kecelakaan

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 15 Jul 2021 10:27 WIB
RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo
RSUD Abdoer Rahem (Foto: Ghazali Dasuqi)
Situbondo - Sebuah keluarga viral mendatangi RSUD Abdoer Rahim Situbondo. Salah satu anggota keluarga protes dan menyebut RS men-covid-kan salah satu keluarganya yang meninggal karena kecelakaan.

Video berdurasi 4.26 menit itu memperlihatkan seorang pria berbicara tentang seorang anggota keluarganya yang di-covid-kan. Padahal korban meninggal karena kecelakaan.

"Ini korban nyata-nyata kecelakaan. Kok malah di-covidkan ?," kata pria paruh baya dalam tayangan tersebut, sebagaimana dilihat detikcom, Rabu (14/7/2021).

Pria itu tetap ngotot, jika memang ternyata terpapar COVID-19, mana bukti PCR-nya. Ternyata tak ada yang bisa menunjukkan. Malah mereka (pegawai dan nakes) terkesan saling lempar satu sama lain.

"Kalau memang positif, mana tunjukkan bukti datanya. Masyarakat jangan dibodohi. Masak orang meninggal karena sakit, sedikit sedikit di-covid-kan. Ini kan pembodohan mayarakat namanya," cetus pria pria bercelana pendek itu.

"Hai, bupati Karna tunjukkan kalau memang perubahan. Jangan cuma perubahan positif ke negatif atau baik ke buruk," kata pria tersebut.

Menanggapi hal itu, Pihak RSUD Abdoer Rahem menolak dengan tegas tudingan telah meng-covidkan pasien. Pihak rumah sakit telah melakukan rontgen dada dan thorax pasien bersangkutan.

"Sama sekali tidak benar kalau rumah sakit meng-covid-kan seseorang," kata Plt Direktur RSUD Abdoer Rahem, dr Roekmy.

Menurut Roekmy, semua dilakukan secara prosedural berdasarkan indikasi, dengan tujuan menjaga keselamatan masyarakat. Sebagai contoh, bagi setiap pasien yang mengalami kecelakaan, pasti dilakukan rontgen.

Kalau misalkan kepalanya ada keluhan, akan dilakukan rontgen kepala. Atau, jika dadanya yang dikeluhkan maka akan dilakukan rontgen dada (thorax).

"Nah, dari hasil rontgen itulah, ternyata pasien ini ada indikasi COVID-19. Setelah dilakukan rapid antigen, ternyata positif. Lantas dilanjut ke PCR, dan hasilnya ternyata positif," ungkap Roekmy.


Memang, saat pasien meninggal tersebut hasil PCR memang belum keluar. Tapi dari hasil rapid antigen memang positif. Jadi, daripada berspekulasi, lebih baik diambil keputusan pemulasaraan secara prokes.

"Kalau memang positif COVID-19 kemudian dianggap tidak COVID-19, justru akan berisiko memberikan penularan kepada lainnya kan," beber Roekmy. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.