Festival Banyuwangi Youth Creative Network Gali Potensi Daerah-Ekonomi Kreatif

Festival Banyuwangi Youth Creative Network Gali Potensi Daerah-Ekonomi Kreatif

Ardian Fanani - detikNews
Jumat, 18 Jun 2021 15:03 WIB
event Festival Banyuwangi Youth Creative Network (BYCN)
Foto: Ardian Fanani
Surabaya - Sebanyak 30 milenial mengikuti kelas khusus menari dari sinden di event Festival Banyuwangi Youth Creative Network (BYCN), Maestro mengajar. 3 Maestro Gandrung yakni, Temuk, Dartik, dan Sunasih melatih dan mempersiapkan generasi muda menjadi penari gandrung profesional yang mahir dalam menari dan menyinden gandrung.

Festival BYCN digelar di Pendopo Kecamatan Wongsorejo, Jumat (19/6/2021). Pesertanya dari kalangan pelajar dan beberapa dari sanggar tari sekitar.

Maestro Gandrung Temu Misti menyampaikan mengatakan, event ini menjadi ajang regenerasi seni gandrung di Banyuwangi. Anak-anak muda bisa melestarikan seni dan budaya Banyuwangi.

"Ini harapan kami yang sudah tua. Kami ingin Gandrung tetap lestari," ujarnya kepada detikcom.

Temuk juga memberikan arahan dalam belajar gandrung harus sungguh-sungguh dan giat. Karena mengolah Wiraga, Wirasa, Wirama itu perlu ketekunan yang tinggi.

Sementara itu, maestro Gandrung Sudartik menambahkan, tak hanya tari, penari Gandrung juga harus mahir dalam olah sinden Using. Karena mempelajari sinden Using memang sedikit susah, karena cengkok sinden using untuk gandrung memang sedikit rumit.

"Agak rumit memang tapi harus berlatih untuk bisa bersinden seperti Gandrung. Tidak banyak Gandrung yang bisa sinden soalnya," pungkasnya.

Salah satu peserta Arita mengatakan, dalam berlatih tari gandrung dan sinden ini susah-susah gampang. Arita berharap teman-teman muda di Banyuwangi tidak malu untuk melestarikan budaya asli Banyuwangi ini.

"Ya susah-susah gampang. Tapi harus tekun agar bisa," tambahnya.

Para peserta yang mengikuti kegiatan belajar sinden dan tari Gandrung ini nantinya akan di ditampilkan di festival Gandrung Terop pada bulan Agustus mendatang.

Tak hanya berlatih tari dan sinden Gandrung, BYCN juga melatih keterampilan lain. Sebab BYCN ini dari berbagai komunitas yang meliputi 17 sektor yakni, sektor Arsitektur, sektor Desain Interior, sektor dkv dan desain produk, sektor fashion, sektor film/ video dan animasi. Sektor fotografi, sektor kerajian, sektor kuliner, sektor musik, sektor aplikasi, sektor periklanan, sektor televisi / audio/ media, sektor seni pertunjukan, sektor seni rupa.

Salah satunya juga digelar berbagi pelatihan yang ditujukan untuk para pegiat UMKM berbasis tahu yang banyak ditemui di kecamatan Wongsorejo. Pelatihan tersebut diisi dengan pelatihan olahan tahu agar memunculkan diferensiasi produk yang lebih ekonomis. Juga ada pelatihan fotografi dan vidiografi untuk mendukung pemasaran produk yang diikuti sekitar 12 peserta perwakilan desa.

Camat Wongsorejo, Sulistyowati sangat mendukung adanya Festival BYCN ini. Karena selama ini belum banyak orang tau bahwa selain potensi alam, Kecamatan Wongsorejo juga memiliki potensi budaya dan produk lokal.

"Kecamatan Wongsorejo memiliki potensi yang cukup besar di bidang kebudayaan dan produk UMKM, salah satunya adalah manuskrip kuno dengan tradisi Mamaca yang telah turun temurun. Selain itu kami juga memiliki produk tahu yang sudah cukup terkenal dengan sebutan tahu Wongsorejo," katanya.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.