Salah satu klaster yang cukup menyita perhatian masyarakat yakni klaster rumah susun Surabaya. Data terbaru pada Selasa (8/6), ada 62 orang positif COVID-19 dari beberapa rusun di Surabaya.
"Kemarin terakhir (Kasus COVID-19 di rusun ada) 50. Ada lagi tambahan 12-an pasien totalnya menjadi 62," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita kepada wartawan, Selasa (8/6/2021).
Fenny, sapaan akrabnya menyebut COVID-19 tersebar di 18 rusun yang dikelola Pemkot Surabaya. Namun, jumlah yang paling banyak yakni di Rusun Penjaringan Sari.
"Yang 12 (Tambahan COVID-19 ini) tersebar. Ada rusunawa yang bersih (tidak ada kasus). Kalau di Penjaringan Sari sekitar 40-an yang kena. Paling banyak Penjaringan," jelasnya.
Selain di Surabaya, klaster hajatan ditemukan di Lamongan. Di Lamongan, warga yang meninggal akibat klaster hajatan di Desa Sidodowo Lamongan 13 orang.
Kabag Prokopim Pemkab Lamongan Arif Bachtiar mengatakan kasus COVID-19 di Desa Sidodowo, Kecamatan Modo hingga saat ini masih terkendali dengan tetap menggencarkan 3T untuk melokalisir penyebaran dan mikro lockdown.
"Kasus di Desa Sidodowo masih terkendali dengan tetap menggencarkan 3T untuk melokalisir penyebaran. Selain micro lockdown tingkat desa," kata Arif saat dikonfirmasi wartawan, Senin (14/6/2021).
Arif menjelaskan satu tambahan korban meninggal berasal dari warga yang telah swab PCR. Total tracing yang dites, menurut Arif, sebanyak 798 warga dengan total kasus akumulasi PCR dan reaktif swab antigen sebanyak 263 orang. Persentase positif dibandingkan dengan yang dites 30 persen yang jauh menurun ketika awal kasus yang mencapai 80 persen.
"Total tracing yang dites 798 warga, total kasus akumulai PCR dan reaktif swab antigen 263. Prosentase positif dibanding yang dites 30 persen, jauh menurun ketika awal kasus yang mencapai 80 persen," tandasnya.
Plt Kadinkes Jember Wiwik Supartiwi mengatakan terungkapnya klaster ini berawal saat salah satu anggota keluarga melakukan swab antigen. Anggota keluarga ini merupakan anggota TNI yang berdinas di Jakarta.
"Tes antigen dilakukan karena yang bersangkutan hendak kembali berdinas di Jakarta," kata Wiwik, Senin (7/6/2021).
Hasil tes antigen menunjukkan anggota TNI ini positif. Hasil ini ditindaklanjuti dengan tes swab yang diketahui hasilnya juga positif. Akhirnya, dilakukan swab test terhadap satu keluarga yang tinggal serumah dengan anggota TNI ini. Mereka terdiri atas istri, mertua laki-laki, dan perempuan serta adik ipar. Hasilnya, semuanya terkonfirmasi positif.
Lalu, seluruh anggota keluarga itu saat ini melakukan karantina mandiri, karena masuk dalam orang tanpa gejala (OTG). Sementara satu dari lima anggota keluarga di Kecamatan Tanggul, Jember, positif COVID-19 meninggal dunia. Pasien meninggal dunia setelah mendapat perawatan di RS Djatiroto, Lumajang.
"Meninggal dunia Selasa (8/6) dini hari kemarin setelah mendapat perawatan di RS Djatiroto, Lumajang," kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jember dr Alfi Yudisianto, Rabu (9/6/2021).
"Pasien yang meninggal tersebut tidak memiliki komorbid (Penyakit bawaan tertentu), dan awalnya saat terkonfirmasi positif COVID-19 masuk kategori OTG," terang Alfi.
Dari klaster keluarga yang meninggal ini berpengaruh terhadap kemunculan klaster sekolah. Sebab, korban yang meninggal merupakan salah satu guru di lingkungan SMKN 6 Tanggul Jember. Pegawai dan guru SMKN 6 Tanggul menjalani swab test antigen massal.
"Dari 107 orang yang melakukan swab test antigen di SMKN 6 Tanggul, ada 71 orang yang sudah keluar hasil tesnya. 18 Orang terkonfirmasi positif COVID-19. 53 Orang sudah dinyatakan negatif. Masih ada 36 orang yang ditunggu hasil swab tesnya," kata Alfi, Senin (14/6/2021).
Menurut Alfi, pasien positif COVID-19, semuanya masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Sehingga untuk sementara mereka menjalani isolasi mandiri.
Penanggungjawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Laksamana Pertama TNI dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara mengatakan klaster ini didapat dari pengembangan tracing dari dua santri di penyekatan Suramadu.
"Klaster pondok di wilayah Surabaya, didapatkan dari pengembangan dua orang santri yang tertracing pada penyekatan Suramadu," ungkap Nalendra di Surabaya, Kamis (10/6/2021).
"Setelah terkonfirmasi positif, maka dilakukan pengembangan tracing dan swab PCR kepada semua santri pondok dengan mendapatkan hasil 14 orang dinyatakan positif COVID-19," tambahnya.
Sementara Nalendra mengatakan semua santri ini memiliki nilai CT value di bawah 25. Kesemuanya kini dirawat di RSLI.
"Selanjutnya dikirim ke RSLI 14 orang tersebut semuanya laki-laki dengan nilai CT Value di bawah 25. Untuk itu supaya menjadi perhatian khusus bagi semua pihak," imbuh Nalendra.
Di Lamongan, ditemukan klaster pekerja Madura. Di sana ada 15 orang positif COVID-19 usai datang dari Madura untuk bekerja.
Klaster pekerja yang mudik ke Lamongan dan terpapar COVID-19 itu terjadi di Dusun Kemlagi, Desa Bulumargi, Kecamatan Babat. Kepala desa setempat mengakui jika ada sebanyak 15 orang yang baru pulang dari Madura dipastikan positif COVID-19.
"Ada 15 warga yang dinyatakan positif hasil swab antigen dan saat ini sudah dirawat di RS Karangkembang Babat," kata Kepala Desa Bulumargi, Ismail saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (12/6/2021).
Dikatakan oleh Ismail, total warganya yang bekerja di Madura ada sebanyak 144 orang. Mereka rata-rata bekerja menjual pentol, bakso, dan juga warung makan. Ketika dikabarkan di Madura banyak yang terpapar COVID-19, kata Ismail, terhitung ada 58 orang yang pulang kampung hingga terakhir Jumat (11/6).
Di Lamongan, warga yang meninggal akibat klaster hajatan di Desa Sidodowo Lamongan menjadi 13 orang. Kabag Prokopim Pemkab Lamongan Arif Bachtiar mengatakan kasus COVID-19 di Desa Sidodowo, Kecamatan Modo hingga saat ini masih terkendali dengan tetap menggencarkan 3T untuk melokalisir penyebaran dan mikro lockdown.
"Kasus di Desa Sidodowo masih terkendali dengan tetap menggencarkan 3T untuk melokalisir penyebaran. Selain micro lockdown tingkat desa," kata Arif saat dikonfirmasi wartawan, Senin (14/6/2021).
Arif menjelaskan satu tambahan korban meninggal berasal dari warga yang telah swab PCR. Total tracing yang dites, menurut Arif, sebanyak 798 warga dengan total kasus akumulasi PCR dan reaktif swab antigen sebanyak 263 orang. Persentase positif dibandingkan dengan yang dites 30 persen yang jauh menurun ketika awal kasus yang mencapai 80 persen.
"Total tracing yang dites 798 warga, total kasus akumulai PCR dan reaktif swab antigen 263. Prosentase positif dibanding yang dites 30 persen, jauh menurun ketika awal kasus yang mencapai 80 persen," tandasnya.
Sedangkan di Banyuwangi juga muncul klaster setelah digelar hajatan di Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo Banyuwangi. Ada 4 orang terpapar COVID-19 dan kemudian menyebar.
Kepala Desa Wringinpitu, Warsito mengatakan hajatan tersebut digelar pada pertengahan Mei lalu. Lokasinya di Dusun Ringinasri, Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo.
"Hajatan pada pertengahan Mei lalu. Kemudian menular ke yang lain," ujarnya kepada wartawan, Senin (14/6/2021).
Dalam hajatan tersebut disinyalir ada 4 orang yang sudah terpapar COVID-19. Lalu pihaknya melakukan tes swab antigen terhadap warga yang terpapar COVID-19 itu. 81 orang ditracing petugas kesehatan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Banyuwangi. Hasilnya, 21 orang dinyatakan positif COVID-19.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono membenarkan adanya tracing klaster tersebut. Total pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 yang ditemukan pada klaster hajatan itu sebanyak 25 orang.
66 Warga Dukuh Bulurejo, Desa Bantengan, Wungu, Madiun positif COVID-19. Mereka terpapar COVID-19 usai menghadiri hajatan pernikahan. Klaster hajatan ini dibenarkan Kades Bantengan, Hartanto. Itu setelah 240 warga melakukan swab antigen usai mengalami gejala batuk dan pilek secara bersamaan.
"Beberapa hari setelah hajatan itu, baru muncul warga kami mengalami gejala batuk dan pilek. Untuk itu dilakukan rapid test antigen massal," kata Hartanto.
Sementara Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Madiun, Mashudi membenarkan 66 warga positif COVID-19.
"Betul ada 66 warga yang usai hadiri hajatan pernikahan salah satu warga setempat, terpapar COVID-19 di satu dusun dua RT," ujar Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Madiun, Mashudi saat dihubungi detikcom, Senin (14/6/2021).
Warga yang terpapar COVID-19, kata Mashudi, mengalami gejala batuk dan pilek usai menghadiri hajatan pernikahan yang digelar salah satu warga pada Rabu (2/6). Tim satgas COVID-19 kemudian langsung melakukan tes antigen massal.
Mashudi mengatakan ada sekitar 240 warga menjalani swab antigen. Hasilnya diketahui 66 orang positif COVID-19. Dari 66 warga yang terpapar, tiga di antaranya mengalami gejala berat dan menjalani perawatan di RSUD Dolopo.
"Sebelumnya ada 240 warga yang rapid test antigen hasilnya reaktif dan dilanjutkan swab positif 66. Untuk warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah mendapatkan vitamin dan obat-obatan," paparnya.