Yang terlihat di video adalah seserahan berupa empat ekor sapi, hasil bumi, dan perabot rumah tangga. Dan yang tak terlihat adalah sepasang unggas lain dan sebuah rumah yang diserahkan dalam bentuk kunci.
Seserahan itu merupakan bagian dari pernikahan Agusti Waluyo (23), warga Babadan Nganjuk dengan Tidar Putri Ayu Susandika(22), putri Kepala Desa Sendangbumen, Kecamatan Berbek Nganjuk.
Agusti merupakan seorang polisi yang berdinas di Satuan Sabhara Polres Nganjuk. Mereka telah berpacaran selama tiga tahun sebelum memutuskan menikah. Seserahan itu terjadi pada 23 Mei 2021, sedangkan pernikahan digelar esok harinya, 24 Mei 2021.
"Rumah juga sudah disiapkan, oleh besan saya untuk pengantin. Rumah intinya siap ditempati komplet perabot. Itu memang dari besan yang menyiapkan semua untuk pernikahan anak pertamanya yang menikahi anak saya" ujar Sutoyo ayah dari pengantin wanita saat dikonfirmasi detikcom Minggu (30/5/2021).
![]() |
Berdasarkan keterangan menantunya, Sutoyo mengatakan bahwa seserahan pernikahan berupa sapi dan hasil bumi termasuk rumah merupakan nazar atau janjinya terhadap sang nenek.
"Jadi katanya seserahan itu nazar atau janji nenek dari menantu saya yang kalau nikah dibuat seperti itu," jelas Sutoyo.
Sutoyo menjelaskan sang besan menyiapkan sapi sudah sejak bulan Agustus 2020. Saat dibeli, dua sapi itu dalam keadaan bunting.
"Itu dulu belinya betina yang sudah bunting hingga saat diserahkan sudah beranak," paparnya.
Sutoyo mengaku, untuk total nilai seserahan pernikahan baik sapi termasuk rumah dan palawija hasil bumi sekitar Rp 800 juta. "Rumahnya saja itu sekitar Rp 450 juta dan total dengan sapi dan lainnya ada kalau Rp 800 juta," kata Sutoyo.
![]() |
Sutoyo mengatakan dirinya mendapatkan besan pengusaha toko dan petani tebu di Nganjuk. Kecuali sapi, seserahan berupa perabot rumah tangga dan hasil bumi telah disiapkan sang besan sejak dua bulan lalu.
"Besan saya itu pedagang dan petani tebu. Persiapan katanya dua bulan lalu," ungkap Sutoyo.
Sutoyo mengatakan seserahan pernikahan dengan membawa empat ekor sapi itu merupakan inisiatif dari sang besan sendiri. Tidak pernah ada kesepakatan apapun karena seserahan pernikahan di Nganjuk sesuai kemampuan keluarga mempelai pria.
"itu inisiatif sendiri keluarga besan saya dan tidak ada kesepakatan. Biasanya hantaran itu sesuai kemampuan besan," papar Sutoyo. (iwd/iwd)