Pakar Geologi dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Dr Amien Widodo mengatakan, adanya tumbukan lempeng mengakibatkan terciptanya gunung api di bawah laut.
"Karena memang di daerah Sulawesi Utara itu merupakan daerah tumbukan lempeng. Jadi sama seperti di Jawa ini. Di Jawa ini ditumbuk lempeng dari Samudra Hindia Australia. Tapi kalau di sana ditumbuk oleh lempeng dari Pasifik," kata Amien kepada detikcom di Surabaya, Kamis (20/5/2021).
"Tumbukan lempeng itu bisa menghasilkan gunung berapi. Karena dia posisinya di bawah laut, maka muncul di bawah laut. Ini panjang sampai Filipina," imbuhnya.
Gunung api bawah laut ini masih diteliti lebih lanjut apakah aktif atau sudah tidak aktif. Namun, Amien menyebut gunung api di bawah laut biasanya kerap mengeluarkan uap atau gas. Sama halnya gunung api di daratan yang mengeluarkan asap hingga lava.
Amien mengatakan uap atau gas ini memiliki dampak baik bagi biota laut. Misalnya berdampak pada lingkungan di bawah permukaan laut tersebut menjadi 'subur'. Hal ini bisa dilihat dari kekayaan terumbu karang, biota hingga keindahan bawah laut di dekat gunung tersebut.
"Sebetulnya aktif, cuma tekanannya tidak sebesar seperti yang di Gunung Semeru, Gunung Kelud. Mereka mengeluarkan yang namanya gas. Jadi mengeluarkan uap di bawah air itu menjadi sistem sendiri, mengeluarkan nutrisi untuk makanan ikan dan daerah itu menjadi daerah yang bagus untuk terumbu karang," ungkap Amien.
Namun Amien juga mengatakan, gunung api bawah laut yang aktif saat meletus bisa memunculkan pulau baru. "Kalau yang kita lihat di daerah Hawaii itu memang nanti bisa muncul pulau baru, semacam itu. Jadi dari gunung berapi itu muncul semacam pulau baru," tambah Amien.
Sedangkan jika letusannya cukup besar, bahkan bisa menimbulkan tsunami. Kendati demikian, Amien mengatakan tsunami biasanya terjadi bergantung dari sejarah tempat tersebut.
"Tapi kalau memang letusannya sangat dahsyat bisa menimbulkan tsunami seperti dulu Krakatau itu. Tetapi itu tergantung sejarah, karena tsunami terjadi berdasarkan sejarah. Kalau di situ sejarahnya nggak ada tsunami karena gunung berapi ya memang nggak ada," pungkasnya.
Simak juga 'Tanda Tanya soal Kawah di Dekat Lokasi Tenggelamnya KRI Nanggala-402':
(sun/bdh)