Triyanto, pemilik rumah mengatakan konsep rumah miliknya itu perpaduan antara budaya Bali dan Osing Banyuwangi. Rumah pun merupakan rumah tikel khas suku Osing (warga asli Banyuwangi). Rumah itu juga terdapat ornamen-ornamen Bali, karena sebelum dinas di Banyuwangi, dia juga sempat dinas di Bali.
"Rumahnya berbentuk gaya arsitektur rumah Osing suku asli Banyuwangi. Selain itu terdapat ornamen-ornamen khas Bali," kata Triyanto, kepada detikcom, Sabtu (15/5/2021).
"Ornamen-ornamen itu hanya untuk mengingatkan saya saat dinas di Bali," kata pegawai pajak tersebut.
Kini rumah dijual untuk Palestina itu seharga Rp 750 juta. Namun Triyanto tidak mematok harus terjual di angka tersebut.
Nantinya hasil penjualan rumah, 50 persen akan didonasikan untuk rakyat Palestina yang saat ini tengah berjuang dari serangan zionis Israel.
Triyanto menjelaskan rumah berukuran 3 kapling atau sekitar 230 meter persegi tersebut, merupakan tempat tinggal keluarganya saat masih dinas di Banyuwangi.
Sejak akhir 2018 Triyanto pindah dinas ke Malang, dan menyewakan rumah tersebut sebagai guest house.
"Sejak saya pindah ke Malang rumah itu disewakan untuk guest house. Kini saya dan keluarga sepakat untuk menjual rumah tersebut," kata Triyanto.
Pria yang lahir 15 Mei 1974 dan hari ini berulang tahun itu ke-47 itu menjelaskan, nantinya saat rumah itu terjual setelah dipotong pajak penjualan tanah dan bangunan, fee mediator penjualan, dan tanggungan saat pembangunan, 50 persen sisanya akan didonasikan untuk rakyat Palestina.
"Saya juga sudah koordinasi dengan ACT (aksi cepat tanggap) Malang, separuh dari nett hasil penjualan rumah akan didonasikan untuk Palestina," kata bapak dua anak itu.