Petani di Ngawi dan Magetan Resah dengan Rencana Pemerintah Impor Beras

Petani di Ngawi dan Magetan Resah dengan Rencana Pemerintah Impor Beras

Sugeng Harianto - detikNews
Jumat, 19 Mar 2021 15:48 WIB
Petani di Madiun Raya mengaku resah dengan adanya rencana pemerintah impor beras. Terlebih, di saat panen raya ini, para petani harus menerima kenyataan harga gabah rendah.
Petani di Magetan, Dimyati/Foto: Sugeng Harianto/detikcom
Magetan -

Petani di Ngawi dan Magetan mengaku resah dengan adanya rencana pemerintah impor beras. Terlebih, di saat panen raya ini, para petani harus menerima kenyataan harga gabah rendah.

"Ngawi sudah panen (padi) tapi harga gabah anjlok. Petani sangat resah juga dengan isu pemerintah akan impor beras," ujar Sugeng Wiyono, salah seorang petani di Ngawi saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (19/3/2021).

Rencana pemerintah impor beras, kata Sugeng, merupakan berita buruk bagi petani saat panen raya. Petani menyayangkan kebijakan impor beras yang akan dilakukan pemerintah.

"Itu (impor beras) berita buruk bagi petani. Saat ini karena sedang panen raya, kok mau impor beras. Karena harga gabah sangat murah ini di Ngawi," kata Sugeng.

Sugeng yang juga Kades Dempel Kecamatan Geneng mengatakan, dirinya mewakili para petani mengaku resah dengan harga gabah yang terbilang murah. Saat ini harga gabah kering di Ngawi antara Rp 3600 hingga Rp 3.800 per kg.

"Kalau saat ini harga antara Rp 3.600 sampai Rp 3.800 per kg untuk kering sawah, bukan kering giling. Sebelumnya di atas Rp 4.200, Rp 4.300. Bahkan musim panen yang kemarin sampai Rp 4.900. Ini anjlok total, apalagi ada info impor beras itu," tambahnya.

Sugeng menambahkan, dengan harga itu petani rugi karena tidak sebanding dengan biaya produksi. "Sangat rugi dan harapannya impor beras dibatalkan," imbuhnya.

Keresahan juga diungkapkan petani Desa Banjar Panjang, Ngariboyo, Magetan, Dimyati. Menurutnya, impor beras merupakan tindakan membunuh petani.

"Impor beras kebijakan membunuh petani. Pemerintah kurang serius dalam penanganan pascapanen, membuat petani dari zaman Belanda sampai sekarang ya tetap menderita," ungkap Dimyati.

Simak juga video 'Giliran Direksi Bulog Dirombak Erick Thohir, Ini Susunannya':

[Gambas:Video 20detik]



Ia memaparkan, biaya untuk menggarap satu petak sawah ukuran 1.400 meter persegi membutuhkan sekitar Rp 3 juta. "Biaya bajak Rp 400 ribu, tanam Rp 400 ribu, tenaga cangkul dan lainnya Rp 800 ribu, pupuk Rp 750 ribu. Belum obat-obatan, air dengan harga gabah. Segitu petani bangkrut," papar Dimyati.

"Sedangkan hasil panen sawah ukuran satu kotak hanya satu ton berarti hanya dapat Rp 3,3 juta. Itu menunggu tiga bulan panen," imbuh Dimyati.

Ia juga mengatakan, harga gabah di Magetan jauh lebih murah dari Ngawi. Yakni Rp 3.300 hingga Rp 3.600 per kg untuk yang kering di sawah. "Kalau kering giling mungkin selisih sedikit," jelasnya

Menurutnya, petani menderita dan berharap tidak ada impor beras. "Harapannya untuk impor jangan karena di wilayah sini stok beras masih cukup dan sangat tidak relevan dengan impor beras," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.