Penjara Kalisosok di Surabaya memiliki cerita historis yang melegenda. Penjara ini dibangun sejak abad 18 oleh Belanda dan konon menjadi tempat yang nyaman bagi warga yang bersalah. Sebab, penjara ini disebut memiliki taman indah dan tempat yang nyaman.
Bangunan eks Penjara Kalisosok di sebelah utara Jalan Rajawali dan Kembang Jepun ini tampak tidak terawat. Dinding-dindingnya terkelupas, dipenuhi lumut, tumbuhan merambat dan ada pohon-pohon liar menjulang tinggi dan lebat. Di sekitarnya hanya digunakan sebagai pangkalan truk dan tempat parkir kendaraan. Tampak pula bendera merah putih berdiri dengan penyangganya yang usang dan mengelupas. Padahal dahulu, tempat ini menjadi tempat terbaik di Surabaya.
Menurut Sejarawan Universitas Airlangga (Unair), Purnawan Basundoro, dahulu bangunan eks Penjara Kalisosok merupakan bangunan yang megah dan bagus. Sebab pada zaman itu, Bumiputra (Warga pribumi) tak memiliki tempat yang bagus dan layak.
"Seorang pendatang bernama Ida Pfeiffer mengatakan perhatian manusia di Surabaya kepada para penjahat terlalu berlebihan. Anggota militer Belanda yang ditahan selalu melaporkan tentang kamar yang nyaman, kebun yang bersih dan makanan yang baik, enak. Bahkan menurut orang-orang Bumiputra yang ditahan, makanan yang dihidangkan di penjara sangat jarang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari di luar penjara," jelasnya kepada detikcom, Jumat (19/3/2021).
Penjara ini, jelas dia, diperuntukkan bagi militer Belanda yang bersalah. Selain itu, penjara ini juga untuk Bumiputra yang membangkang pada pemerintahan Belanda kala itu.
Sebelumnya, Surabaya memiliki dua penjara. Yakni, Binnenboei (Penjara dalam kota) dan Buitenboei (Penjara luar kota). Penjara Binnenboei merupakan cikal bakal penjara Kali sosok yang berada di Jalan Kasuari. Sedangkan Buitenboei terletak di Pasar Besar.
Pada sekitar tahun 1845, Penjara Buitenboei diusulkan untuk dibongkar dengan keperluan bangunan lain, sedangkan Penjara Binnenboei akan diperbesar.
Simak juga 'Menara Saidah dan Rumor Gedung Berhantu':
"Penjara itu sebenarnya sudah ada didirikan oleh Belanda sejak abad 18. Tapi waktu itu masih bentuk penjara kecil. Ketika Belanda membangun kawasan Krembangan menjadi basis mereka (Abad 18) ada benteng dan lain, dan dilengkapi dengan penjara. Tapi penjaranya masih kecil waktu itu. Pada awal abad 19 ada 2 penjara, ada penjara di Kalisosok yang disebut Binnenboei. Kedua disebut sebagai Buitenboei itu ada di Pasar Besar saya tidak tahu persis tapi di dekat Kantor Gubernuran. Tapi penjara itu tampaknya yang Buitenboei itu kemudian dibongkar, yang Binnenboei di Kalisosok mau dibesarkan," kata Purnawan.
Kemudian, usulan untuk memperbesar Penjara Binnenboei diajukan pada Mei 1845. Namun usulan tersebut baru disetujui 4 April 1848. Pembangunan pun dilakukan dengan persetujuan anggaran sebesar 60.000 gulden dari pemerintahan Belanda saat itu. Setelah itu dibangun Penjara Binnenboei yang mulanya kecil menjadi besar dan menjadi Penjara Kalisosok.
Pada tahap pertama tahun 1849, sudah disiapkan 12 ruang tahanan. Lalu pembangunan berjalan terus. Pada tahun 1850, seluruh bangunan penjara telah selesai dibangun dan mulai digunakan. Dan pada tahun yang sama, penjara buitenboei dibongkar total.
"Setelah selesai memang difungsikan sebagai penjara yang di Kota Surabaya. Jadi tahun 1850 sering dianggap sebagai dimulainya, diresmikan, dipakai penjara pada tahun itu," ujarnya.
Sementara untuk penjara bawah tanah yang dipercaya ada di dalam Penjara Kalisosok, Purnawan justru mengaku tidak mengetahui. Namun jika dikatakan sebagai penjara yang sangat ketat, ia membenarkannya. Sebab pada zaman Belanda, penjara itu diperuntukkan para kriminal, penjahat, dan orang-orang yang melawan pemerintah Belanda.
Salah seorang warga, Agus mengaku dirinya kerap melintas di kawasan tersebut. Dirinya merasakan bangunan tersebut seperti menyimpan cerita misteri.
"Bangunannya terlihat kokoh dan angker. Kadang saya merinding kalau melintas saat suasana sepi atau gelap," ujar warga Kembang Jepun.