Banjir luapan Bengawan Njero hingga kini masih terjadi di Lamongan. Banjir masih merendam 49 desa di 6 kecamatan di Lamongan dengan ketinggian air bervariasi.
Beragam cara dilakukan warga yang harus menjalankan aktivitas keseharian di tengah-tengah banjir. Salah satunya seperti yang dilakukan warga Desa Weduni, Kecamatan Deket yang melapisi jalan di desanya dengan krikit (jaring) agar jalan bisa tetap dilalui. Krikit atau jaring yang biasanya digunakan warga untuk menangkap ikan itu berfungsi ganda sebagai pelapis jalan dengan cara menggelar jaring tersebut di jalan yang terendam banjir.
"Dipasang krikit di jalan agar jalan tidak licin karena lama terendam air," kata salah satu warga Desa Weduni, Mustoko kepada wartawan, Senin (15/3/2021).
Ya, sekilas memang tidak ada yang aneh dengan jalan yang ada di Desa Weduni ini. Jika kita berjalan atau melintas baru terasa ada yang aneh dengan jalan desa ini karena seperti kesat dan tidak licin. Padahal, jalan-jalan di desa ini sudah sekitar 2 bulan terendam banjir akibat luapan Bengawan Njero sehingga jalan-jalan tersebut juga banyak ditumbuhi lumut.
![]() |
"Kalau tidak ada krikit pasti licin, makanya warga punya inisiatif menggelar krikit di jalan untuk meminimalisir jalan licin," aku Mustoko.
Lain lagi dengan warga Desa Tiwet, Kecamatan Kalitengah. Lamanya banjir yang menerjang desa ini membuat warga juga harus beraktivitas di tengah air banjir sehingga penyakit kutu air pun tak jarang menghampiri warga akibat terlalu lama terkena air.
"Karena terlalu sering kena air, penyakit yang kerap kami alami ya kena kutu air," terang salah satu warga Kecamatan Kalitengah, Arif.
Salah satu trik yang dilakukan warga untuk menghindar dari penyakit kutu air ini diantaranya adalah memakai semprotan cairan anti karat dan juga minyak telon. Ya, warga biasanya dipakai sebagai penghilang karat pada benda-benda logam. Layaknya memakai obat kutu air, kata Arif, cairan anti karat ini disemprotkan di sela-sela jari kaki yang terkena kutu air.
"Tinggal disemprotkan ke jari-jari kaki yang terkena kutu air. Kalau yang minyak telon ya tinggal dioles-oleskan saja ke jari-jari kaki yang kena. Kadang ya belum kena juga kita semprotkan biar tidak terkena penyakit kutu air," imbuhnya.
Data yang dihimpun, banjir yang sudah berlangsung 2 bulan ini masih merendam 49 desa di 6 kecamatan di Lamongan. Enam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kalitengah, Turi, Glagah, Karangbinangun, Deket dan Karanggeneng. Glagah menjadi kecamatan dengan jumlah desa terendam banjir paling banyak, yaitu mencapai 15 desa.
"Banjir datang kembali setelah sebelumnya sudah sempat surut," kata Mahmud, salah satu warga Kecamatan Kalitengah kepada wartawan, Senin (15/3/2021).
Ketinggian air yang menggenangi jalan akibat banjir luapan Bengawan Njero inipun bervariasi antara 25 cm hingga 85 cm. Bahkan, ada juga jalan yang terendam hingga 1 meter sehingga menyebabkan banyak kendaraan bermotor mogok karena nekat melalui jalan yang terendam banjir tersebut.
"Banjir kali ini merupakan banjir terparah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Air kiriman dari daerah selatan dan curah hujan juga tinggi," terangnya.
Kabag Prokopim Pemkab Lamongan Arif Bachtiar mengatakan banjir dengan ketinggian air ada yang mencapai hingga 1 meter itu merupakan banjir susulan sejak Desember 2020 lalu. Arif mengungkapkan setelah banjir yang terjadi Desember lalu, air mulai surut dan ketinggian mulai turun. Namun karena cuaca ekstrem sehingga terjadi banjir susulan.
"Saat ini semua pompa banjir dinyalakan. Ke depan dilakukan peningkatan dan optimalisasi daya tampung embung, rawa dan saluran. Termasuk melakukan komunikasi lintas kabupaten, seperti dengan Bojonegoro, Tuban dan Gresik," pungkasnya.