Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, dalam berbagai literatur yang ada, Kapal van der Wijck berlayar dari Fyenoord Belanda ke Hindia Belanda (Indonesia) pada 1921.
"Kapal van der Wijck ini adalah kapal penumpang dan kargo dan dianggap sebagai kapal yang indah," kata Wicaksono, Rabu (10/3/2021).
Ia memaparkan, kajian literatur soal kapal yang mendapat julukan 'Titanic Indonesia' ini menyebutkan, pada Oktober 1936 Kapal van der Wijck berangkat dari Boeleleng (Buleleng) di Bali ke Surabaya di Jawa.
Di Bali, terang Wicaksono, kapal yang menginspirasi Buya Hamka dalam novel berjudul 'Tenggelamnya Kapal van der Wijck' ini dilakukan pengapalan besar buah-buahan. "Muatan kapal yang tercatat 150 ton besi dan 5 kondensor masing-masing 3 ton yang dimuat di Surabaya," jelasnya.
Lebih jauh ia membeberkan, setelah dari Surabaya kapal itu akan menuju ke Semarang, Jateng. Namun karam di perairan Brondong, Lamongan. Dalam literatur yang ada, diketahui ada 55 orang korban meninggal dalam peristiwa tenggelamnya Kapal van der Wijck. Sementara penyebab sebenarnya dari tenggelamnya kapal itu mungkin tidak akan pernah diketahui.
"Dalam peristiwa ini nelayan-nelayan Lamongan juga membantu menolong dan mengevaluasi korban sehingga sebagai rasa terima kasihnya pemerintah Hindia Belanda mendirikan tugu atau monumen peringatan di Brondong," ungkapnya.
Sebelumnya, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan Mifta Alamuddin juga menyampaikan, Kapal van der Wijck yang tenggelam di perairan pantai utara (pantura) Lamongan ini sebagai harta karun bawah laut. Bahkan, kerap ada pihak yang mencoba mencari bangkai kapal tersebut.
"Lamongan juga ada harta karun laut dari kapal, yaitu Kapal van der Wijck yang tenggelam pada 20 November 1936 saat masa kolonial Belanda," terangnya.
Simak video 'Cerita Soto Lamongan Yang Sudah Lezat Dari Tahun 1987':
(sun/bdh)