Surabaya -
Setahun Corona jumlah kasus kumulatif COVID-19 di Jatim sebanyak 129.800 kasus. 3.634 Kasus masih aktif atau dirawat. 117.165 Pasien sembuh dan 9.147 pasien positif COVID-19 meninggal.
Angka kematian COVID-19 di Jatim, tercatat paling tinggi di antara provinsi-provinsi lainnya. Ada beberapa sebab yang membuat kasus kematian di Jatim mencapai 9.147 kasus atau 7 persen dari total kasus kumulatif sejak setahun Corona Jatim.
"Pekerjaan rumah kita memang kematian. Kematian ini kita pelajari, dihitung, itu perlu dikaji lebih detail. Karena Sebagian besar kematian itu adalah terjadi pada orang-orang lansia, premorbid," ujar Ketua Satgas Kuratif COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi di Kantor Gubernur Jatim, Selasa (2/3/2021).
Joni membeberkan, banyak kasus kematian COVID-19 di Jatim terjadi akibat keterlambatan pasien masuk rumah sakit. Hal itu diperparah dengan penyakit bawaan atau komorbid pasien.
Sebanyak 91 persen lebih kasus kematian COVID-19 di Jatim disertai komorbid. Ada sejumlah komorbid yang banyak menyertai kasus kematian. Seperti jantung, hipertensi, gagal ginjal hingga diabetes.
"Apa kematian ini terjadi di rumah sakit apa di masyarakat. Tapi yang jelas contoh di RSU dr Soetomo kematian ICU-nya 48 persen. Itu kecil, karena di dunia pun 70-80 persen. Kita terus bebenah, yang paling banyak itu kasus keterlambatan datang di RS. Jadi kematian di UGD tinggi," bebernya.
Lebih lanjut, Pria yang juga Dirut RSU dr Soetomo ini menjelaskan bila kasus kematian COVID-19 di Jatim tinggi, pihaknya tidak segan untuk belajar dari daerah atau provinsi lain. "Kalau memang betul bahwa kita tinggi, kita siap belajar ke tempat lain. Rasa-rasanya RS kita tidak tertinggal amat kalau diskusi dengan tempat lain," ungkapnya.
Berbagai upaya dari Pemprov Jatim bersama Satgas terus dilakukan untuk menekan angka kematian. Mulai mendatangkan alat High Flow Nasal Cannule (HFNC). Alat ini disebut bisa membantu mengurangi resiko pasien gagal nafas.
"Alat ini merupakan alat bantu untuk pasien. Untuk membantu oksigen bagi para pasien yang mengalami ARDS (sindrom distres pernapasan akut) atau biasanya gagal nafas berat," terang Joni.
Selanjutnya, Satgas Jatim memisahkan antara pasien COVID-19 bergejala berat dengan gejala ringan. Bila gejala berat, akan difokuskan dirawat di rumah sakit rujukan. Satgas juga membangun beberapa RS Darurat COVID-19/RS Lapangan untuk merawat pasien tanpa gejala, seperti di Surabaya, Malang, Jember, Lamongan, dan Madiun.
"Jadi untuk merelaksasi beban rumah sakit. Kita pisahkan antara pasien dengan gejala berat, agar dirawat di RS rujukan. Dan untuk gejala ringan agar mendapat perawatan di RS Darurat, RS Lapangan, dan tempat isolasi lainnya," ungkap Joni.
Selain itu, Dirut RSU dr Soetomo ini menambahkan, ada harapan dari PPKM Mikro bisa menekan kasus kematian COVID-19 baru.
"Inilah gunanya PPKM Mikro, surveilans kesehatan terus dilakukan. Jadi kalau ada yang sakit segera diisolasi, dikontak rumah sakit. Kasus kematian ini sudah mulai turun, meski overall Jatim di atas 7 persen," tandasnya.
Tonton video 'Menristek Cerita Perjuangan RI Keluar dari Ketergantungan Impor Alkes':
[Gambas:Video 20detik]
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini