Lima satgas dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dan Satgas Pematusan terlihat bekerja keras membersihkan sampah di pos screening sampah di Sungai Banyu Urip. Saat itu hujan turun cukup deras.
Dengan menggunakan alat cangkul sampah, mereka mengambil sampah-sampah sungai yang tersangkut di saringan pos screening. Berbagai macam sampah mereka ambil mulai dari plastik, bambu, kayu, tas, hingga helm.
Salah satu petugas, Sandi, mengatakan setiap kali hujan deras, ia bersama dengan teman-temannya harus berjibaku dengan waktu untuk mengambil sampah dari sungai. Hal tersebut harus dilakukan agar sampah tak menumpuk demi Surabaya bebas banjir.
![]() |
"Iya (hujan lebat) cepat-cepat mengambil sampah, biar nggak banjir. Tapi tadi (debit air) cuman 150," ujar Sandi kepada detikcom, Sabtu (27/2/2021).
Sandi mengungkapkan jika musim kemarau, volume sampah yang diangkut dari sungai ke pos screening hanya sekitar 8 keranjang sampah. Namun di saat musim hujan, jumlahnya bisa lebih.
"Musim penghujan bisa separuh truk. Kalau hujan lebat volume air mencapai 200, sampahnya sampai dua kali lipatnya," ujar Sandi.
Sandi yang sudah bekerja selama 6 tahun sebagai satgas kebersihan di Sungai Banyu Urip mengaku pernah menemukan sampah berupa kasur hingga sofa. Sandi tak habis pikir mengapa kasur dan sofa harus dibuang ke sungai.
Sandi mengaku tidak bisa berkata-kata melihat kesadaran masyarakat yang membuang sampah di sungai. Ia pun berharap warga tidak lagi membuang sampah di sungai.
"Jangan buang sampah di sungai lah, nggak bisa ngomong saya," ungkap Sandi.
Hal yang sama diungkap Budiono (60) yang sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi satgas kebersihan. Selama membersihkan sungai Banyu Urip, ia juga pernah mendapati sofa di sungai.
"Ya namanya orang banyak, diangkat bersama. Yang paling berat diangkat itu ya sofa," ungkap Budiono.
Budiono berharap warga yang membuang sampah di sungai agar sadar dan menyadari bahwa perbuatannya tersebut buruk dan bisa menyebabkan banjir.
"Orang yang membuang sampah di sungai tak menyadari akan akibatnya," tandas Budiono.