Hujan deras disertai angin kencang di Kabupaten Pamekasan menjadikan tebing setinggi sekitar 25 meter longsor. Longsor Pamekasan itu terjadi di Ponpes Annidhamiyah, Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Paseanan.
Longsor itu merobohkan dua bangunan asrama santriwati hingga menimbun 7 orang. 5 Santriwati meninggal dunia, sedangkan 2 lainnya selamat meski mengalami luka. Peristiwa longsor baru pertama kali terjadi Rabu (24/2/2021) pukul 02.00 WIB ini sebelumnya diterjang hujan deras dan angin kencang yang sangat ekstrem.
Pengasuh Ponpes Annidhamiyah, Ustadz Maimon membenarkan hal itu. Pria yang juga kepala sekolah SMP Ponpes Annidhamiyah tersebut mengaku hujan dan angin ekstrem terjadi sejak Selasa (23/2/2021) malam, usai salat Isya'. Kondisi itu terus berlangsung hingga dini hari, sehingga membuatnya tidak tidur.
"Malam itu mulai sesudah isya hujan sangat deras sekali. Bahkan bisa dibilang ekstrem (hujan) turun. Hingga pukul 22.00 WIB-24.00 WIB itu hujan tidak berhenti, kemudian disertai dengan angin juga," tutur Maimon kepada detikcom.
Maimon menambahkan, kondisi hujan dan angin kencang itu bahkan terus berlangsung hingga sekitar pukul 01.30 WIB.
"Saya waktu itu menjaga di sekitar lingkungan pondok, termasuk drainase. Itu saya jaga. Jadi saya tidak tidur waktu itu," imbuhnya.
Lantas santriwati di sekitar lokasi, jelas dia, dibangunkan karena hujan disertai angin kencang. Namun belum sempat bangun, sebuah petir terdengar menggelegar kemudian disusul longsoran tanah yang jatuh dari ketinggian sekitar 25 meter.
"Itu sebenarnya korban itu sudah dibangunin oleh teman-temannya yang lain. Karena memang hujan ekstrem. Dikedor-kedor pintunya. Tapi belum sempat bangun, kemudian ada petir keras kemudian bersamaan waktu itu (Longsor). Sangat cepat waktu itu," tambah Maimon.
Lihat juga video 'Lereng Gunung Wilis Nganjuk Longsor, 16 Orang Masih Tertimbun':
Maimon menduga petir yang terdengar itu menyambar pohon kelapa di atas tebing. Akibat sambaran yang keras itu, membuat longsor diikuti oleh tanah lainnya.
"Dugaan saya itu longsor karena petir yang keras itu menyambar pohon kelapa sekitar 25 meter di atas itu tersambar. Hingga tanahnya ikut longsor menabrak asrama itu," tandas Maimon.
Akibatnya, 7 santriwati di dua asrama tertimbun bangunan yang roboh. "Iya ada 7 santriwati. Satu kamar dihuni 3 orang. Dan satu kamar lagi 4 orang. Tapi yang meninggal 5 santriwati, 1 selamat tanpa luka, 1 lagi patah kaki," tandas Maimon.
Mereka langsung dievakuasi tim SAR terdiri dari BNPB, TNI, Polri, BPBD Pamekasan dan relawan. 5 Jenazah berhasil dievakuasi sekitar pukul 06.30 WIB dan dibawa ke kamar mayat setempat. Sedangkan korban luka dibawa ke RSUD Pamekasan untuk perawatan.
![]() |
Sementara jenazah 5 korban longsor di Pamekasan sudah diserahkan ke orangtuanya dan dimakamkan. 2 Jenazah santriwati warga Jember dimakamkan berdamping karena masih bersaudara.
Berikut nama-nama santriwati Ponpes Annidhamiyah yang menjadi korban longsor:
Korban meninggal dunia:
1. Rubiatul Adhaia (14) santriwati asal Desa Poreh Kecamatan Karang Penang, Sampang
2. Siti Khomariyah (16) santriwati asal Kecamatan Sumber Jambi, Jember
3. Susanti (14) santriwati asal Dusun Botosari Desa Dukuh Mencek Kecamatan Suko Ramli, Jember
4. Nur Azizah (13) santriwati asal Dusun Botosari Desa Dukuh Mencek Kecamatan Suko Ramli, Jember
5. Nabila (12) santriwati asal Desa Sempong Barat Kecamatan Pasongsongan, Sumenep
Korban patah tulang dan selamat
1. Nurul Khomariyah (15) santriwati asal Desa Gunung Malang Kecamatan Sumber Jambi, Jember
2. Tia Muharromah, santriwati Desa Dempo Timur Kecamatan Pasean, Pamekasan.