"Kalau jumlah yang terdampak tanah retak sekitar 48 KK," ujar Kepala Desa Kepel, Sundari saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (21/2/2021).
Tanah retak itu, kata Sundari, sepanjang 300 meter yang merupakan tanah perkebunan warga. Meski kondisi tanah mengalami keretakan, warga memilih bertahan di rumah atau belum mengungsi.
"Mereka belum mengungsi masih di rumah. Tapi kalau cuaca hujan mereka memilih mengamankan diri ke rumah kerabat yang jauh dari lokasi retakan," kata Sundari.
Sundari juga mengatakan, akibat tanah retak tersebut, warga tidak bisa beraktivitas seperti biasa di kebun. Mereka takut terjadi longsor.
"Saat menjelang hujan mereka tidur di tempat saudaranya yang dukuhnya tidak jauh dari rumah mereka. Untuk siang mereka juga tidak bisa aktivitas seperti biasanya, mereka juga takut longsor," imbuhnya.
Sementara Dandim 0810 Nganjuk, Letkol Inf Georgius Luky Ariesta mengatakan, saat ini tim tanggap darurat bencana telah memberikan imbauan kepada warga terkait tanah retak tersebut. Banner imbauan telah dipasang di lokasi.
Dalam data yang dihimpun detikcom, lokasi retakan merupakan perbatasan dengan Dusun Selopuro Desa/Kecamatan Ngetos. Dari lokasi longsor Nganjuk yang menewaskan 19 orang hanya sekitar 1 km.
Saat ini, 186 jiwa dari 54 KK Dusun Ngetos masih bertahan di pengungsian. Pengungsi ada di SDN Ngetos 3 dan rumah kepala desa.
Simak video 'Mensos Risma Beri Santunan 9 Ahli Waris Korban Longsor Nganjuk':
(sun/bdh)