Lonjakan kasus baru maupun pasien yang meninggal di Jombang selama menjadi zona merah penyebaran COVID-19 sempat mencengangkan. Namun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat menilai data yang dirilis ke publik tersebut tidak wajar.
Detikcom melansir data perkembangan kasus COVID-19 di Kabupaten Jombang dari situs infocovid19.jatimprov.go.id. Khususnya data yang disajikan pada 9-14 Februari selama Jombang berstatus zona merah.
Jumlah kasus baru COVID-19 di Jombang selama 5 hari melonjak 455 pasien. Pada 9 Februari jumlah yang positif Corona di angka 3.703 pasien menjadi 4.158 pasien pada 14 Februari. Lonjakan tertinggi dalam satu hari terjadi pada 11 Februari yang mencapai 300 pasien. Jika dirata-rata, 91 warga Kota Santri terinfeksi virus Corona setiap harinya.
Jumlah kematian pasien positif COVID-19 dalam kurun waktu yang sama mencapai 65 jiwa. Jika dirata-rata, 13 jiwa melayang setiap harinya akibat infeksi virus Corona. Pada 9 Februari jumlah pasien yang meninggal dunia 351 jiwa. Pada 14 Februari menjadi 416 jiwa. Kematian tertinggi terjadi pada 12 Februari mencapai 60 pasien dalam satu hari.
Pada 9-14 Februari, jumlah pasien positif COVID-19 yang berhasil sembuh 290 orang. Yakni 3.269 pasien sembuh pada 9 Februari menjadi 3.559 pasien sembuh pada 14 Februari. Jika dirata-rata, 58 pasien berhasil sembuh setiap harinya di Jombang
Ketua IDI Jombang dr Achmad Iskandar Dzulqornain berpedapat lonjakan kasus baru COVID-19 yang mencapai 300 pasien dalam satu hari pada 11 Februari 2021, tidak lazim.
"Secara epidemiologis data tersebut tidak lazim, kecuali ada upaya gencar. Tapi kan informasinya tidak ada kegiatan screening massal seperti itu. Itu perlu diklarifikasi dulu ke Dinas Kesehatan, saya tidak bisa mengomentari karena bagi saya data itu tidak normal. Padahal biasanya (pemambahan pasien positif COVID-19) 30-35 orang," kata dr Iskandar saat dikonfirmasi wartawan, Senin (15/2/2021).
Ia menduga terjadi persoalan dalam manajemen data COVID-19 di Jombang. "Dugaan saya ada data yang belum terlaporkan, kemudian baru terlaporkan, atau ada hasil pemeriksaan laboratorium lama tak jadi-jadi terus kebetulan dalam hari yang sama jadi bersamaan," ujar dr Iskandar.
Lonjakan kematian pasien COVID-19 yang mencapai 60 orang dalam satu hari pada 12 Februari 2021, juga dinilai dr Iskandar sebagai data yang tidak wajar.
"Dimunculkan angka 60 juga enggak lazim. Saya koordinasi dengan beberapa rumah sakit dan BPBD bagian memakamkan, mereka bilang tidak pernah kok memakamkan sampai 60 orang dalam sehari. Rata-rata paling tinggi mereka memakamkan sekitar 16 pasien," terangnya.
Oleh sebab itu, dr Iskandar mensinyalir data COVID-19 di Jombang yang disuguhkan ke publik tidak menggambarkan kondisi riil. "Sehingga kemungkinan tidak menggambarkan kondisi riil hari itu. Kemungkinan kumulatif dari data-data kemarin-kemarin yang belum ter-declare. Itu lebih ke manajemen pengelolaan data ya. Kami berharap data dikelola dengan baik sesuai kaidah," tandasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang drg Subandriyah belum bersedia memberi penjelasan saat dikonfirmasi di kantornya, Jalan KH Wahid Hasyim. Ia bergegas masuk ke mobilnya saat ditanya wartawan seputar lonjakan kasus COVID-19 selama lima hari terakhir.
Sampai hari ini Jombang masih menjadi zona merah penyebaran COVID-19. Jumlah pasien terinfeksi virus Corona mencapai 4.160 jiwa. Terdiri dari 178 pasien dalam perawatan, 3.565 pasien sembuh, serta 417 pasien meninggal dunia.