"Berdasarkan informasi yang saya peroleh, untuk kombinasi obat yang kita hasilkan itu sekarang sudah tersedia di lebih dari 80 fasilitas kesehatan TNI Angkatan Darat. Sudah dipakai oleh kawan-kawan," kata Prof Nasih di Kampus C Unair, Senin (15/2/2021).
Selain di fasilitas kesehatan TNI AD, kombinasi obat ini juga digunakan di RS Unair. "Saat ini kami sedang mengumpulkan laporan-laporan berikutnya terkait kombinasi obat tersebut. Tapi dari laporan masyarakat yang menggunakan kombinasi obat itu dirasa cukup efektif," ujar Nasih.
Nasih menjelaskan terdapat dua kombinasi obat yang saat ini digunakan. Yakni kombinasi 1 yang biasanya untuk yang bergejala ringan dan kombinasi 2 yang digunakan untuk gejala ringan menuju sedang.
Saat ditanya mengenai izin edar dari BPOM terkait kombinasi obat COVID-19 tersebut, Nasih mengatakan, jika masing-masing obat yang dikombinasikan sudah memiliki izin edar masing-masing.
"kombinasi obat ini hanya menggabungkan beberapa obat lalu dijadikan satu obat. Jadi hanya packaginya saja yang terbeda dan masing-masing obat sudah memiliki izin edar masing-masing," jelasnya.
Nasih menegaskan penggunaan kombinasi obat COVID-19 tersebut dilakukan di bawah kontrol dokter. Artinya, dokter yang memiliki kewenangan untuk memberikan obat tersebut.
Fasilitas kesehatan di TNI AD, kata Nasih, sepenuhnya di bawah kontrol dokter penanggung jawab untuk bisa memanfaatkannya. RS Unair pun juga menggunakannya. Tetapi kombinasi obat COVID-19 ini tidak dijual secara bebas di pasaran.
"Obat ini memang tidak diperjualbelikan, penggunaannya terbatas dan dalam otoritas dokter yang menangani. Yang bisa meresepkan adalah dokter yang memiliki kewenangan dan jika ketersediaan ada," pungkas Nasih. (iwd/iwd)