Pementasan drama kolosal selalu digelar Pemkot Blitar setiap tanggal 14 Februari malam. Biasanya, bertempat di monumen PETA, puluhan seniman, mahasiswa dan pelajar berbaur memerankan beragam tokoh dalam cerita perjuangan Sudanco Supriyadi, yang memimpin pemberontakan PETA Blitar kala itu.
Saat pandemi, agenda ini ditiadakan karena berpotensi menimbulkan kerumunan. Namun Pemkot Blitar menggantinya dengan kegiatan lain yang tak lepas dari esensi peringatan perjuangan tentara PETA, dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia.
"Drama kolosal ditiadakan. Jadi besok pagi ada upacara sederhana di Monumen Potlot yang tak bisa dilepaskan dari rangkaian pemberontakan PETA Blitar. Kemudian juga ada webinar tentang PETA dari Kemensos, KemenkumHAM, Yapeta dan juga zoom meeting yang kami lakukan di gedung Kusuma Wicitra," tutur Wali Kota Blitar, Santoso, Sabtu (13/2/2021).
Selain acara itu, Pemkot Blitar juga mendeklarasikan tanggal 14 Februari sebagai Hari Cinta Tanah Air. "Dengan deklarasi Hari Cinta Tanah Air ini diharapkan para pemuda mengimplementasikan makna hari kasih sayang itu kepada Indonesia, sebagai tanah airnya. Kembali menanamkan nilai-nilai cinta tanah air di kehidupan saat ini," lanjutnya.
Santoso mengakui hal ini tak mudah dan butuh waktu bertahun-tahun. Seperti tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, juga digagas seniman Blitar sejak 19 tahun silam. Dan baru diterima negara sebagai hari nasional pada tahun 2014.
"Seniman Blitar mendeklarasikan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila itu butuh waktu 12 tahun sampai diterima negara. Bahkan 2015, Presiden Jokowi hadir di Kota Blitar untuk memperingatinya. Nah kami berharap, pemerintah akan segera menerima tanggal 14 Februari yang lahir di Kota Blitar ditetapkan sebagai Hari Cinta Tanah Air secara nasional juga," pungkasnya. (sun/bdh)