Harga kedelai naik. Meski begitu, perajin tempe di Kota Malang tetap menjalankan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Para perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Malang, tidak terlalu terpengaruh dengan isu yang berkembang mengenai mogok produksi.
Mereka justru memiliki cara untuk memastikan tetap produksi. Untuk diketahui, kawasan Sentra Tempe Sanan mampu memproduksi tempe hingga kurang lebih 17,5 ton per hari.
Jumlah sebesar itu diproduksi oleh 300 perajin tempe di wilayah Sanan. Sementara produksi seluruh Kota Malang mencapai 25 ton dengan 500 perajin tempe dan tahu.
Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Malang, Chamdani mengaku, perajin tempe Sanan tetap eksis berproduksi di tengah kenaikan harga kedelai, sebagai bahan baku utama.
"Namun, untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku, para pengusaha melakukan modifikasi pada ukuran tempe," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (4/1/2021).
Chamdani menuturkan, dalam ukuran normal tempe dibuat dengan lebar 23 sentimeter, panjang 52 sentimeter, dengan tebal 6 sentimeter.
Untuk ukuran itu, tempe dijual dengan harga Rp 36 ribu. Karena harga kedelai naik, ukuran tempe diperkecil menjadi lebar 20 sentimeter, panjang 50 sentimeter dan tebal 4,5 sentimeter.
Siasat itu dilakukan agar biaya produksi tidak terlalu membengkak, lantaran penjualan tetap dilakukan dengan harga normal. "Cukup riskan juga jika menaikkan harga jual eceran tempe di pasaran. Jadi, yang dilakukan adalah dengan memodifikasi ukuran tempe agar tetap bisa menutupi biaya produksi. Tetapi beberapa pengusaha juga ada yang memilih menaikkan harga tempe," tuturnya.
Di sisi lain, meski harga kedelai mengalami kenaikan, ketersediaan stok masih mudah didapatkan. Sehingga para pengusaha tempe tetap bisa produksi.
"Sejauh ini untuk bahan baku masih lancar. Kemungkinan besar akhir Februari atau awal Maret harga kedelai cenderung menurun," ucapnya.
Chamdani tak memungkiri jika produksi tempe dan tahu mengalami penurunan sekitar 15 sampai 20 persen. Namun, secara jumlah nilai jual dalam bentuk Rupiah cenderung stabil.
"Sebagaimana tahun yang sebelum-sebelumnya, menurut saya ini pengaruh ekonomi global saja," terangnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Wahyu Setianto juga menjelaskan, sejauh ini stok kedelai di Kota Malang masih aman terkendali.
"Sejauh ini di Kota Malang masih terkendali dan stok juga menurut koperasi penyedia bahan baku masih aman. Memang ada kenaikan tetapi masih bisa teratasi," jelas Wahyu terpisah.
Wahyu menambahkan, selama ini koperasi penyedia kedelai di Kota Malang mampu mengatasi masalah kenaikan harga. Hal itu tak lepas dari pengelolaan yang sudah rapi dan profesional.
Selain itu, kami juga terus berkomunikasi dengan para produsen tempe untuk memonitor perkembangan dan kesulitan para perajin tempe.
Pihaknya telah berkomunikasi dengan Dinas Perdagangan Jatim jika memang nantinya ada kelangkaan kedelai dengan menggelar operasi pasar.
"Kalau misal ada apa-apa (kelangkaan), saya minta untuk berkoordinasi dengan kami. Misal mau ada mogok atau bagaimana. Tetapi sejauh ini masih terkendali," pungkasnya.