Salah seorang produsen tempe di Lamongan, Abdul Rokhim mengungkapkan, agar usahanya tetap bertahan di tengah mahalnya harga bahan baku, ia terpaksa memperkecil ukiran tempe demi menghindari kerugian. Tidak banyak, Rokhim mengurangi ukuran tempenya hanya sekitar satu cm saja.
"Hanya kita kurangi ukurannya. Kira-kira satu senti dari ukuran sebelumnya," kata Abdul kepada wartawan saat ditemui di tempat usahanya, Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, Senin (4/1/2021).
Rokhim mengaku tidak berani menaikkan harga tempe, lantaran khawatir daya beli masyarakat akan menurun. Selain itu, kata Rokhim, pembeli pasti tidak jadi membeli tempenya karena mahal.
"Kalau kita naikkan harga itu tidak bisa, soalnya pembeli pasti keberatan. Di samping itu persaingan pasar juga jadi sulit. Jadi ukurannya saja kita kecilkan, biar bisa bertahan sampai harga normal," ujar Rokhim.
"Sebelumnya satu kilo Rp 7 ribu, sekarang sampai Rp 9.100 per kilogram," terang Rokhim.
Rokhim juga menyebut, meski mahal tapi ia tidak sampai mengalami kelangkaan stok. Bahkan, untuk produksi tempe pun ia tidak mengalami penurunan.
"Kita tetap produksi seperti biasa, alhamdulillah tidak ada penurunan produksi. Kalau saya setiap hari produksi 2 kuintal," pungkasnya.