"Sebelum dipugar, makam ini hanya ditandai dengan tumpukan batu," ujar Suwaji.
Selain makam Dewi Andongsari, di kompleks pemakaman yang berada di kawasan perbukitan ini juga ada 2 pusara lain berjajar. Dua pusara tersebut adalah pusara Kucing Condromowo dan Garangan (Musang) Putih yang berada tepat sebelum masuk ke makam Dewi Andongsari. Kedua pusara ini, menurut Suwaji, dalam cerita yang diketahui warga, merupakan teman dalam pengasingan Dewi Andongsari.
"Masyarakat sekitar situs percaya, Dewi Andongsari adalah nama samaran dari Indreswari, salah satu istri selir pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Diceritakan, saat itu Indreswari sedang mengandung. Karena tidak senang kehamilan Indreswari, salah satu istri Raden Wijaya kemudian memerintahkan pengusiran terhadap Indreswari dari keraton. Dalam pelariannya, Indreswari ditemani dua binatang kesayangannya, yakni, Kucing Condromowo dan Garangan Putih," tuturnya.
Selain menemani Dewei Andongsari, 2 hewan ini jugalah yang menjaga Jaka Mada atau Gajah Mada muda ketika sudah lahir. Suatu ketika, kisah Suwaji, saat Dewi Andongsari sedang mengambil air, tanpa diduga ada ular besar yang hendak mencelakai bayi Andongsari.
![]() |
Saat itulah, dua hewan piaraan Andongsari kemudian serentak menghalau hingga terjadilah perkelahian antara ular besar melawan Kucing Condromowo dan Garangan Putih.
"Masyarakat sekitar menyebut cerita Gajah Mada diperintah oleh Ibunya Dewi Andongsari menuju Majapahit untuk melewati perbukitan di selatan desanya dan dalam perjalanannya kemudian singgah di Desa Bedander. Setelah Gajah Mada menjadi bagian dari pasukan Majapahit, Gajah Mada juga menyembunyikan Raja Jayanegara ke tempat ini," terang Suwaji.
Sementara, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Mifta Alamuddin menyebut, selama beberapa tahun terakhir, situs makam itu menjadi tempat wisata religi masyarakat dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng. Tidak sedikit warga yang berkunjung ke makam tersebut.
"Kami sudah memasukkan Situs Gunung Ratu ini sebagai salah satu peninggalan situs bersejarah sekaligus tempat wisata sejarah yang setiap hari dikelola dan dirawat oleh seorang juru kunci makam," kata Mifta seraya menyebut Pemkab Lamongan juga sudah beberapa kali melakukan rehab terhadap makam ini.
(iwd/iwd)