Pengembangan pariwisata di Banyuwangi sendiri, imbuh dia, juga berupaya mendorong keterlibatan masyarakat secara luas. "Kami dorong masyarakat untuk terlibat berbagai event pelestarian budaya. Seperti event tumpeng Sewu, Seblang, ngopi Sepulu Ewu ada keterlibatan aktif warga dalam pelaksanaannya,' ujar Anas.
"Kami juga melarang hotel dibangun di sekitar Ijen dan tempat-tempat wisata lainnya, agar masyarakat sekitar bisa membuka home stay untuk pengembangan ekonomi. Juga bagian dari upaya menjaga kearifan lokal," imbuhnya.
Ditambahkan Kepala Bappeda Banyuwangi Suyanto Waspotondo, Kabupaten Banyuwangi telah melakukan berbagai persiapan untuk mengikuti penilaian UNESCO GGN. Semua persiapan melibatkan sinergi OPD untuk menyiapkan berbagai hal.
"Kami telah membagi tugas OPD untuk semua persiapannya. Mulai persiapan dokumen, hingga sejumlah infrastruktur pendukung di kawasan tersebut. Koordinasi juga dilakukan dengan Pemkab Bondowoso dan kementrian untuk menyiapkan proses menjadi geopark dunia," kata Suyanto.
Sementara itu, Prof Eko Budi Santoso salah satu panelis dari Institut Sepuluh November mengatakan untuk menghadapi assesement UNESCO GGN, potensi Ijen Geopark harus terus dimaksimalkan dan dipromosikan. Ijen Geopark sendiri terdiri atas 21 geosite, 6 biosite, 11 cultural site dan 8 warisan budaya tak berwujud yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso.
"Mayoritas kawasan geopark berada di area yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, maka daerah dan kementrian harus bersinergi dengan baik untuk meloloskan ini. Selain itu, warisan budaya di sekitar kawasan juga harus terus dijaga dan dipromosikan. Banyuwangi sudah melakukannya dan ini perlu terus dijaga karena akan berpengaruh dalam penilaian," ujar Prof. Eko.
(iwd/iwd)