"Penggagalan bermula atas informasi dari bagian pengawasan dan penindakan tentang dugaan pemasukan burung tanpa dokumen, yang diangkut dengan kapal KM Dharma Rucitra VII," kata Musyaffak Fauzi, Kepala Karantina Pertanian Surabaya saat jumpa pers di kantornya, Selasa (15/12/2020).
Berdasarkan informasi tersebut, petugas Karantina Pertanian Surabaya di Wilayah Kerja Pelabuhan Tanjung Perak menindaklanjuti, dengan memperketat pengawasan dan menemukan kendaraan yang mencurigakan. Setelah diikuti sampai gerbang tol Tanjung Perak, ternyata benar ada salah satu truk mengangkut ratusan burung yang akan dipindahkan ke mobil pribadi.
Setelah diarahkan ke Kantor Karantina Tanjung Perak, ditemukan juga burung-burung dari truk lain yang dikemas dalam 14 boks bekas minuman kemasan, dan 3 boks keranjang buah. Total burung tanpa dokumen yang diamankan yakni 259 ekor.
Terdiri dari 209 ekor cucak hijau dan 50 ekor murai batu. Namun 26 ekor burung di antaranya telah mati. Sehingga tersisa 233 ekor.
"Pemasukan burung-burung tersebut telah melanggar Pasal 88 dalam UU No 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yang menyebutkan tentang persyaratan karantina antararea. Jika melanggar, maka bisa dipidana penjara paling lama 2 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 2 miliar," tambah Musyaffak.
Musyaffak mengimbau masyarakat untuk menaati peraturan perkarantinaan dan melaporkan ke karantina setempat, bila melalulintaskan komoditas hewan dan tumbuhan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk melindungi kekayaan hayati Indonesia khususnya keragaman satwa.
"Pengurusan karantina itu mudah, tinggal datang saja ke counter pelayanan karantina bahkan permohonannya bisa diajukan secara online," pungkas Musyaffak.