"Demokrasi Surabaya bisa mati kalau penguasa melakukan hal seperti ini," imbuh Umar.
Kekecewaan juga datang dari warga yang menerima surat Risma tersebut. Salah satunya, Roni, seorang warga pemilik warung di Jalan Wijayakusuma. Ia kaget saat mendapatkan surat kampanye itu.
Pada awalnya, ia merasa surat itu adalah surat dari pemkot. Ia menerima surat itu dengan geram, karena trauma kena denda Rp 500 ribu setelah warung kopi yang dia miliki dianggap tidak mematuhi protokol kesehatan.
"Kaget, ketika saya buka ternyata isinya surat kampanye, untuk nyoblos Eri-Armuji. Awalnya kaget juga, karena biasanya surat dari pemkot berisi teguran atau hukuman," kata Roni.
Kekagetan yang sama juga disampaikan Nunuk, warga Kedondong Pasar Kecil, kelurahan Tegalsari. Ia mengira mendapatkan surat dari Pemkot. Namun, saat dibuka malah surat kampanye.
![]() |
"Saat ini kita susah karena Corona, Bu Risma malah sibuk kampanye, isi surat saya kira panggilan untuk pencairan bantuan, nyatanya malah kampanye Erji," keluhnya.
Eny Widyawati, salah seorang warga di Kapasari Pedukuhan, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Simokerto, adalah salah seorang yang mendapatkan 'Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya'.
"Pada awalnya saya senang, bangga, karena sebagai kader mendapatkan surat dari wali kota, namun, saya kecewa setelah membuka surat, karena isinya kampanye," ujarnya.
Menurut Eny, dia sangat hormat pada Bu Risma. Dirinya juga puas atas kepemimpinan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu. Karena itu, dia mau bergabung menjadi kader posyandu, bumantik, maupun PAUD.
"Tapi saya tidak mau didoktrin untuk memilih salah satu paslon seperti ini. Biarkan saya dan seluruh warga Surabaya menentukan pilihan sesuai hati nurani. Saya merindukan Bu Risma yang menjadi wali kota seluruh warga Surabaya, bukan wali kota salah satu paslon," tegasnya.
(fat/fat)