Beragam cerita suka dan duka saat ada pandemi COVID-19. Pandemi yang mendera hampir seluruh dunia itu tak jarang membuat masing-masing warga terpuruk dan ada juga yang mengambil hikmah dari dampak COVID-19.
Warga Ponorogo ini melihat sejak pandemi COVID-19 muncul hobi-hobi baru yang dilakukan warga. Salah satunya bersepeda. Hobi lain yang digandrungi yakni berkebun. Hal itu dilakukan tak lain agar tidak bepergian kemana-mana.
Dan Jais Prasetyo mengambil kesempatan itu dengan berkebun. Dia merawat dan membuat bonsai kelapa atau yang biasa disebut dengan bonka. Usaha ini baru digeluti sejak pandemi COVID-19. Belajar dari tutorial via YouTube, pria berusia 40 tahun itu menekuninya dengan sungguh-sungguh.
Pria 40 tahun ini mengaku sudah menggeluti usaha bonka sejak setahun terakhir. Peminatnya pun datang dari berbagai kalangan.
"Biasanya pembeli itu suka cari yang kecil, karena biasanya ditaruh di atas meja untuk hiasan," tutur Jais kepada detikcom, Sabtu (28/11/2020).
Warga Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo ini menjelaskan awalnya dia melihat rekannya membuat bonka. Karena tertarik, dia pun mulai belajar dengan mencari tutorial via YouTube. Dia pun memakai kelapa yang biasa dan berukuran besar.
Namun rupanya banyak yang suka kecil-kecil dan mungil. Jais pun tidak putus asa, dia mulai mencari kelapa yang berukuran kecil. Asalnya dari Flores, Nusa Tenggara Timur.
""Ternyata yang diminati yang ukurannya kecil. Kelapa yang dari Flores yang paling pas, ukurannya kecil dan agak lonjong," jelas Jais.
Jais pun sempat membagikan proses pembuatan bonka miliknya, mulai dari mencari kelapa berukuran kecil dan tua. Kemudian dirawat di dalam media berisi air, biasanya ditaruh di bak air.
"Kalau sudah ditempat lembab atau bak, lalu keluar tunas sudah dipastikan bonsai kelapanya hidup," ujar Jais.
Setelah itu, lanjut Jais, tunas akan membentuk akar. Saat akarnya sudah dirasa cukup kuat, lantas dipindah ke dalam pot yang baru. Di dalam pot disediakan media, mulai dari tanah dicampur pasir dan sekam untuk media dan batu karang serta batu-batu kecil untuk hiasan.
"Memindahnya pun harus pelan-pelan supaya tanaman tidak stres," terang Jais.
![]() |
Proses perawatan pun terbilang mudah, Jais menjelaskan dirinya hanya rutin menyiram air. Tujuannya untuk membuat batang atau glugu.
"Setelah itu proses pecah daun," papar Jais.
Sementara proses pembuatan bonka ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Yakni, antara 9 bulan hingga 12 bulan. Disinggung soal harga, Jais menerangkan menjual bonka miliknya mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,1 juta.
"Yang beli senang, biasanya saya lepas. Biasanya pertumbuhannya belum sampai 100 persen atau pecah daun, sudah laku," kata Jais.
Untuk perawatan bonka, menurut Jais tidak sulit hanya memperhatikan media tanam yang bagus dan cukup air.
"Kalau dikasih pupuk nanti malah subur, terus membuat kerdil kan sulit," imbuh Jais.