Kakak Whisnu Sakti Buana Serang Risma, PDIP Membela

Kakak Whisnu Sakti Buana Serang Risma, PDIP Membela

Faiq Azmi, Amir Baihaqi - detikNews
Kamis, 19 Nov 2020 20:28 WIB
Jagad Hariseno
KTA PDIP Jagad Hariseno (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Kakak Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Jagad Hariseno tidak gentar terhadap ancaman pemecatan dirinya sebagai kader PDIP. Ia merasa perlawanan yang dilakukan adalah bentuk perlawanan terhadap Risma.

"Apa yang saya lakukan? Jika memang benar demikian (pemecatan). Maka KTA akan saya kembalikan. Dan saya akan mendaftar lagi sebagai anggota PDI Perjuangan," ujar Seno kepada wartawan, Kamis (19/11/2020).

Seno menyatakan sejauh ini dirinya belum mengetahui informasi resmi soal pemecatannya oleh DPP PDIP. Jika memang benar dipecat, maka Seno menilai keputusan Ketua Umum dan DPP PDIP sudah benar. Ia tidak mempermasalahkannya.

Tak hanya itu, bila Seno dianggap sebagai anggota PDIP yang membangkang dan harus disanksi, ia juga tidak keberatan akan hal tersebut. Putra pertama Mantan Sekjen PDIP Ir Sutjipto ini menegaskan langkah-langkahnya mendukung paslon Machfud-Mujiaman tersebut didasari pilihan hatinya.

Seno menjelaskan, keputusan rekomendasi di PDIP merupakan hak prerogatif Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum dan merupakan langkah jelas dan final. Ketika rekomendasi PDIP diberikan kepada Eri-Armuji ia menilai keputusan itu sebagai kepentingan Risma.

"Sudah selesai. Tidak masalah, saya menerima. Tetapi yang ketiga, bahwa kenapa saya melakukan perlawanan? Nah perlawanan saya itu tidak kepada Ketua Umum dan DPP PDIP, bukan. Saya melawan terhadap kepentingan Risma, anaknya Risma (Fuad Benardi) dan Eri-Armuji," tegas Alumnus Teknik Elektro ITS Surabaya ini.

Seno menegaskan, perlawanan yang dilakukan bukan untuk memecah belah partai. Justru, lanjut Seno, perlawanannya merupakan tindakan untuk melawan dugaan Risma yang hendak memecah belah PDIP khususnya PDIP Surabaya.

Apa alasan Seno berbuat demikian, penjelasannya ada di halaman berikutnya.

Machfud Arifin ziarah ke makam Mantan Sekjen DPP PDIP, almarhum Ir Soetjipto di TPU Keputih Surabaya.Machfud Arifin ziarah ke makam Mantan Sekjen DPP PDIP Ir Soetjipto/ Foto: Faiq Azmi

"Yah, saya sudah dalam kategori menuduh. Bahwa Risma memecah belah partai. Ada alasannya," kata Seno.

Alasan-alasan itu, menurut Seno yakni sejak PDIP didirikan, tidak pernah diajarkan sekalipun oleh Sang Ayah (Ir Sutjipto-Sudjamiek) untuk memanfaatkan jabatan orang tuanya dalam kepentingan menguasai posisi strategis di internal partai.

Seno mengklaim yang dilakukannya semata-mata demi menyelamatkan PDIP terkhusus sejarah PDIP Kota Surabaya. Jika pilihannya menang, kata Seno, merupakan kemenangan PDIP juga.

"Itu kemenangan Partai, Kemenangan Ibu Megawati Soekarnoputri, dan penyelamatan sejarah PDIP Surabaya," ungkapnya.

Seno tetap menyerukan kepada seluruh barisan mesin loyalis Whisnu Sakti Buana, baik dari kalangan kader, simpatisan, maupun relawan independen yang kerap tak terlihat untuk melakukan konsolidasi, merapatkan barisan, menggerakkan langkah bersama untuk melawan kepentingan Risma.

"Melawan upaya pemecah belahan dan pemanfaatan kekuasaan dengan aji mumpung," terangnya.

Saat ini, Ia tengah menunggu kabar resmi pemecatan dirinya dari Ketua Umum atau DPP PDIP secara resmi."Maka saya siap (Kembalikan KTA). Dan akan mendaftar lagi. Sampek Gepeng Saya Tetap Banteng!," pungkas Seno.

Bagaimana pembelaan pihak PDIP? Penjelasannya di halaman berikut.


Pembelaan PDIP

Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono menyebut sikap Jagat Hari Seno yang mendukung paslon nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman merupakan haknya. Dia juga membela Risma.

"Iya itu sikap Pak Seno, silakan saja. Setiap orang punya kebebasan politik untuk bersikap dan memilih," ujar pria yang akrab dipanggil Awi kepada wartawan, Kamis (19/11/2020).

Meski begitu, terang dia, sebagai seorang kader, kebebasan itu terikat dengan hukum dan aturan yang berlaku di partai. Salah satunya yakni harus tegak lurus menjalankan keputusan partai yang telah ditetapkan. Terlebih, keputusan itu diambil dan ditandatangani oleh ketua umum.

"Tapi sebagai kader PDI Perjuangan secara otomatis terikat oleh seluruh hukum dan nilai perjuangan yang berlaku di PDI Perjuangan. Termasuk taat dan tunduk, tegak lurus, menjalankan keputusan partai, apalagi keputusan itu diambil dan ditandatangani oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri. Setiap kader dan pengurus partai, terikat dengan itu," jelasnya.

Sedangkan menanggapi tudingan bahwa penunjukan calon wali kota dan wakil wali kota Eri Cahyadi dan Armuji yang dinilai merupakan kepentingan Risma, Awi menolak hal itu. Sebab pemilihan itu merupakan pertimbangan obyektif untuk menghadirkan pemimpin yang dibutuhkan rakyat.

"Calon Wali Kota Eri Cahyadi dan Calon Wakil Wali Kota Armuji adalah calon pemimpin Surabaya yang dipilih Ibu Megawati Soekarnoputri dengan pertimbangan yang obyektif, dari hati nurani, untuk menghadirkan pemimpin yang dibutuhkan warga Kota Surabaya," tegas Awi.

"Tadi pagi Sekjen DPP PDI Perjuangan Pak Hasto Kristiyanto menjelaskan hal itu. Bahwa Eri-Armuji adalah calon PDI Perjuangan. Tidak ada unsur-unsur yang subyektif di balik itu, seperti dikatakan Mas Seno," imbuh pria yang juga menjabat Ketua DPRD Surabaya itu.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.