Saat perakitan, Amel mengaku sempat mengalami kesulitan. Seperti beberapa alat yang dibutuhkan tidak tersedia di Ponorogo. Terutama sensor ultrasonik.
"Proses pembuatan sekitar 5 hari, paling susah waktu pemrograman," tandas Amel.
Ke depan, lanjut Amel, sebelum dipatenkan harus diuji coba dulu di tempat masing-masing. Sebab, prototipe ini hanya berjarak 12 centimeter.
Guru Pembimbing KIR Muh Syahrur Rohman menambahkan ide ini memang muncul dari anak didiknya karena sering menemui orang yang berbelanja namun tidak mengindahkan jarak antrean.
![]() |
"Dari situ punya ide bagaimana mengingatkan pengunjung tanpa petugas sering turun tangan," imbuh Syahrur.
Syahrur pun mengimbau kepada para generasi muda untuk terus berkarya, tunjukkan kehebatan dan kemampuan kalian semaksimal mungkin.
"Supaya dunia mengenal kalian semua dan sukses," pungkas Syahrur.
(iwd/iwd)