Namun, ketika rekomendasi tersebut diajukan oleh Risma, Seno menilai hal tersebut terlalu dipaksakan dan terindikasi ada kepentingan politik yang kuat.
Terlepas dari data survei maupun analisis politik terlihat dikesampingkan oleh Risma. Nama Whisnu dan Eri sebenarnya bisa digandengkan. Dengan upaya dan loyalitas Whisnu selama ini bisa menguatkan partai di Surabaya.
"Tapi saya melihat itu dikesampingkan oleh Risma," kata Sulung dari tiga bersaudara ini.
Alumnus Teknik Elektro angkatan e-29 ITS Surabaya ini menerangkan, Risma patut diduga membangun kekuatan politik dimulai dari internal PDI Perjuangan Surabaya. "Caranya dengan memulai memotong sejarah Pandegiling," imbuhnya.
Dugaan awal dikatakan Mas Seno sudah dimulai dari Whisnu Sakti dan barisannya."Ketika itu sudah dilakukan. Bahwa Surabaya sudah dikuasai. Lalu?. Tidak menutup kemungkinan eskalasi ini akan naik ke DPD. Karena di DPP, Risma sudah berhasil melakukan," imbuhnya.
Dengan begitu, Mas Seno merasa dirinya harus berhadapan dengan Risma untuk menyelamatkan sejarah, ideologi dan marwah partai."Sebagai barisan dibelakang Bu Mega saya wajib melakukan perlawanan ini," tegas dia.
(fat/fat)