Meski demikian, terkait zona oranye tersebut, Disdikpora Trenggalek memberikan instruksi kepada seluruh lembaga sekolah yang telah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, untuk lebih memperketat penerapan protokol kesehatan.
"Saya minta lebih diperketat lagi. Namun apabila misalkan ada kasus (COVID-19) di lingkungan belajar, maka akan kami ambil sikap lain," ujarnya.
Berdasarkan data di Disdikpora Trenggalek, dari 80 SMP negeri dan swasta, 76 di antaranya telah menggelar sekolah tatap muka, termasuk empat yang tutup sementara.
Sedangkan empat sisanya masih menerapkan belajar dari rumah (BDR). Yakni SMP Satu Atap 1 Bendungan, SMP Gotong Royong Watulimo, SMP PGRI Pule dan SMP Sore Pule. Sebab, belum memiliki fasilitas protokol kesehatan yang memadai.
Totok menambahkan, peningkatan status Trenggalek menjadi zona oranye justru berpengaruh terhadap rencana pembelajaran tatap muka pada jenjang SD. "Untuk sementara kami tunda dulu, meskipun sudah banyak yang mengajukan rekomendasi," pungkasnya.
(sun/bdh)