Ritual Pusaka Kiai Bonto, Wayang Krucil Peninggalan Kerajaan Mataram di Blitar

Ritual Pusaka Kiai Bonto, Wayang Krucil Peninggalan Kerajaan Mataram di Blitar

Erliana Riady - detikNews
Sabtu, 07 Nov 2020 15:30 WIB
Siraman Kiai Bonto, Wayang Krucil Peninggalan Kerajaan Mataram di Blitar
Ritual di Blitar (Foto: HENRI NURCAHYO)
Blitar -

Di Kabupaten Blitar ada tradisi terkenal jamasan Kiai Pradah. Namun ada tradisi lain yang sebenarnya satu paket dengan ritual itu, yakni siraman Kiai Bonto.

Kiai Bonto adalah sebuah wayang krucil yang terbuat dari kayu berkualitas sangat bagus. Bentuknya seperti Togog, satu di antara lima tokoh punakawan di dunia pewayangan.

Disebut satu paket dengan Kiai Pradah, karena kedua benda itu diyakini merupakan peninggalan kerajaan Mataram. Milik Sunan Prabu Amangkurat III atau Raden Mas Sutikno. Kedua benda itu sampai di wilayah Blitar selatan, karena dibawa Sang Prabu yang melarikan diri ke arah timur selatan Jawa, akibat perang saudara dengan saudaranya sendiri, Pangeran Puger.

Jika gong Kiai Pradah ada di daerah Lodoyo yang sekarang dinamakan Kecamatan Sutojayan. Maka Kiai Bonto ditemukan di Dusun Pakel, Desa Kebonsari Kecamatan Kademangan. Hanya berjarak sekitar 25 km ke arah barat dari Lodoyo. Sebenarnya tak hanya sebuah wayang, namun tiga buah.

Seperti gong Kiai Pradah yang dijamasi tiap tanggal 12 Maulud atau bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhamnad SAW. Maka siraman Kiai Bonto juga dilakukan pada hari yang sama. Karena itulah ada yang menyebut ritual ini dengan Gerebeg Mulud.

"Ritual siraman Kiai Bonto ini sudah menjadi tradisi kuno warga Kebonsari, Kademangan. Kenapa tidak dijadikan satu dengan jamasan Kiai Pradah, karena memang lokasinya berbeda. Laku ritualnya juga tidak sama," jelas Kasi Muskala Jalawetra Disparbudpora Pemkab Blitar, Agus Sutjipto kepada detikcom, Sabtu (7/11/2020).

Budayawan Jatim, Henri Nurcahyo dalam bukunya "Siraman Kyai Bonto" menulis, konon ritual di Blitar ini dari tutur sekian ratus tahun lalu. Seorang raja Mataram yang dikenal masyarakat bernama Sunan Prabu, meninggalkan sekotak wayang krucil di tempat yang kemudian dinamakan Dusun Pakel.

Di sinilah Sunan Prabu dan istrinya Raden Ayu Mayangsari kehilangan putri mereka yang bernama Raden Ayu Suwartiningsih. Putri mereka meninggal, sesaat setelah dilahirkan. Maka ziarah ke makam Raden Ayu Suwartiningsih kemudian menjadi bagian dalam ritual siraman Kiai Bonto ini.

Malam sebelum hari ritual siraman Kiai Bonto, dilakukan ziarah di makam Raden Ayu Suwartiningsih. Disini juga digelar jidoran atau terbangan dan melantunkan salawat nabi dan Yasinan. Baru keesokan harinya, kotak tempat menyimpan wayang krucil peninggalan Prabu Agung Sunan Probo dan Raden Ayu Mayangsari dibawa menuju pesarean Raden Ayu Suwartiningsih. Setelah ritual nyekar di pesarean, wayang kayu Kiai Bonto kemudian dikirap menuju tempat siraman yang tak jauh dari pesarean.

Siraman Kiai Bonto, Wayang Krucil Peninggalan Kerajaan Mataram di BlitarWayang Krucil Peninggalan Kerajaan Mataram di Blitar/Foto: HENRI NURCAHYO

Selanjutnya dilakukan siraman terhadap tiga buah wayang kayu yang dilakukan oleh juru kunci dan sesepuh desa setempat. Sebelumnya, wayang kayu Kiai Bonto ditaburi kembang setaman oleh juru kunci dan. Selanjutnya disucikan menggunakan air yang sudah ditaburi dengan kembang setaman.

Usai ritual siraman Kiai Bonto, warga rela berdesak-desakan untuk berebut gunungan tumpeng dan juga air bekas penyucian pusaka wayang. Warga percaya, air bekas penjasaman dan bunga setaman tersebut mendatangkan berkah.

"Manusia itu kan homo symbolicum. Membutuhkan suatu simbol yang kemudian disakralkan. Sehingga punya kekuatan batin dan keyakinan, yang kemudian muncullah pantangan. Ini gak bisa dikaitkan dengan sesuatu yang rasional. Itulah kearifan budaya yang sebenarnya ada pesan yang harus terjaga. Bahwa dalam kehidupan, tidak semuanya bisa dirasionalitaskan," kata Henri.

Ritual siraman Kiai Bonto ini diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun ini. Namun usulan itu ditolak Kemendikbud, karena dinilai merupakan satu paket budaya dengan ritual jamasan Kiai Pradah yang telah ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2017 lalu.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.