Jejak Mantan Penganut Syiah Sampang, Diusir dari Kampung hingga Dibaiat ke Suni

Jejak Mantan Penganut Syiah Sampang, Diusir dari Kampung hingga Dibaiat ke Suni

Hilda Meilisa - detikNews
Kamis, 05 Nov 2020 19:26 WIB
274 Penganut Syiah Sah Kembali ke Ajaran Suni
Penganut Syiah dibaiat jadi suni (Foto: Istimewa)
Surabaya - 274 Pengungsi Syiah di Rusunawa Puspa Agro, Kecamatan Taman, Sidoarjo, kembali ke kampung halamannya di Sampang, Madura, usai dibaiat menjadi Suni. Hampir 9 tahun, para pengikut Syiah yang dipimpin Tajul Muluk ini harus mengungsi, buntut dari kemarahan warga saat itu.

Sebelumnya, di penghujung akhir tahun 2011, sekelompok massa membakar rumah dan pesantren Tajul Muluk di Desa Karang Gayam, Sampang. Serangan pun kembali terjadi pada Agustus 2012. Saat itu, rumah warga Syiah di Sampang dibakar, puluhan orang terluka dan seorang pengikut Tajul tewas.

Serangan ini bukan tanpa alasan, warga desa menilai Tajul melecehkan agama dan mencaci maki ulama. Di Madura, ulama menjadi salah satu tokoh yang harus dihormati. Akhirnya, ratusan warga Syiah terusir dari kampung halamannya.

Mereka tinggal 9 bulan di gedung olah raga Sampang, lalu dipindahkan ke Rusunawa Sidoarjo. Sementara Tajul Muluk menjalani proses hukum dan dipidana empat tahun penjara atas dakwaan "penistaan agama". Permasalahan ini sempat mendapat perhatian Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY mengatakan, Indonesia yang menjadi negara kesatuan sehingga segala kekerasan tidak boleh terjadi.

"Negara kita adalah negara kesatuan. Beberapa sebelumnya kita dengar masih ada ketegangan dan konflik komunal, yang terjadi. Saya belum lama terima saudara dari Madura, ada sebuah konflik benturan intra agama, sesama umat Islam yang ada di Madura," kata SBY di kediaman Irman Gusman, Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta, Rabu (24/7/2013).

Saat menerima kunjungan dari perwakilan Madura, SBY mengaku terenyuh mendengar keterangan dari mereka. Dia meminta agar konflik ini cepat berakhir.

"Sesama umat Islam yang ada di Madura. Yang saya sampaikan ini bagian begitu banyak yang menyentuh sesuatu yang asasi, kebangsaan, masa kini dan masa depan," terangnya.

Proses kembalinya warga Syiah ke kampung halamannya juga memakan waktu yang tak sebentar. Bertahun-tahun berlalu, persoalan mereka juga tak kunjung rampung. Saat mengungsi di rumah susun Puspa Agro Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo, warga sehari-hari bekerja di Pasar Puspw Agro. Mayoritas pengungsi bekerja mengupas kelapa.

274 Penganut Syiah Sah Kembali ke Ajaran SuniRatusan Penganut Syiah Kembali ke Ajaran Suni/ Foto: Istimewa

Dalam sehari mereka mampu mengupas 200 hingga 400 butir kelapa yang dihargai Rp 150/butir, dengan rata-rata pendapatan sekitar Rp 40.000-60.000. Pendapatan ini membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, meski telah mendapat bantuan jaminan hidup (Jadup) sebesar Rp 709.000/bulan dari Pemprov Jawa Timur.

Saat Pilgub Jatim akan digelar, Tajul berharap siapapun yang akan memimpin Jawa Timur dan memimpin Kabupaten Sampang, mampu menyelesaikan kasus syiah.

"Kami bersama 81 KK, terdiri dari 338 jiwa warga syiah yang menempati rusunawa selama lima tahun ini, berharap bisa kembali ke kampung halaman," kata Tajul Muluk kepada wartawan di rusunawa Jemundo Taman Sidoarjo, Kamis (15/2/2018).

Tajul menambahkan pada gelaran Pilkada 2018, warga syiah yang masih mengungsi ini siap memberikan hak pilihnya. Tajul berharap warga yang tinggal di Rusun Jemundo ini bisa memilih langsung di kampung halaman.

"Warga syiah yang masih mengungsi ini siap untuk memberikan hak pilihnya. Namun siapapun yang menjadi pemimpinnya harus mampu menyelesaikan kasus syiah," tambah Tajul.

Akhirnya, pada 10 September lalu, Tajul Muluk mengirim surat bermaterai kepada Pemkab Sampang, yang berisi permohonan baiat kembali ke Suni. Dengan tegas, Tajul menyatakan keinginannya ini tidak ada tekanan dari pihak manapun. Dia juga tidak memaksa pengikutnya untuk kembali ke Suni. Beberapa kali, Tajul juga mengaku rindu untuk kembali ke kampung halamannya.

"Yang tidak setuju dengan saya silakan tetap dengan keyakinan kalian. Andaikan kalian semua yang di rusun tidak ikut (Kembali ke Suni), saya tetap mundur dan kembali ke Suni. Tapi, tentunya setelah kalian memilih tetap di Syiah berarti bukan tanggung jawab kami dalam urusan apapun. Kalian harus bisa mengatasi sendiri, tidak bisa mengadu ke saya lagi. Sama ketika saya tetap bertahan di Syiah. Saya menerima semua konsekuensinya, saya masuk penjara, saya jadi pengungsi," kata pria kelahiran tahun 1973 ini.

Tajul Muluk menyebut lebih dari 300 orang dewasa berkomitmen akan kembali ke Suni. Akhirnya, dengan bantuan pemerintah, proses baiat atau ikrar kembali ke ajaran ahlussunnah wal jamaah pun digelar hari ini. Tajul mengaku lega bisa kembali ke kampung halamannya di Sampang, Madura.

274 Penganut Syiah Sah Kembali ke Ajaran Suni274 Penganut Syiah Sah Kembali ke Ajaran Suni/ Foto: Istimewa

"Kebersamaan, kerukunan, bisa kumpul dengan keluarga famili dan masyarakat itu yang kami rindukan," kata Tajul usai dibaiat di Pendopo Trunojoyo, Sampang, Madura.

Tajul mengatakan pihaknya melakukan ikrar kembali ke Suni ini tanpa ada paksaan dari manapun dan siapapun. Dia menegaskan ikrar yang diucapkan ini murni karena ingin kembali ke ajaran yang benar.

"Saya juga nggak tahu kapan akan mati, saya tidak ingin bila sewaktu-waktu meninggal dunia masih memiliki tanggungan di hadapan Allah SWT serta masyarakat," imbuh Tajul usai membaca ikrar.

Tak hanya itu, Tajul menambahkan ikrar yang diucapkan oleh 274 pengikutnya saat ini merupakan pilihan dan kesadaran mereka sendiri. Tajul berharap melalui pernyataan ikrar ini, semua permasalahan segera selesai, dan semua pihak dapat saling memaafkan dari kesalahan yang pernah ada.

"Kita ingin bersama-sama membangun Sampang yang maju dan lebih baik," tambahnya.

Selain itu, Tajul juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah yang telah memfasilitasi pelaksanaan ikrar pengikut syiah. Ikrar untuk kembali ke ajaran ahlussunnah wal jamaah ini juga disaksikan Bupati Sampang, Kakanwil Kemenag Jatim, ulama dan Forkopimda setempat.

"Terima kasih kepada pemerintah yang telah memfasilitasi pelaksanaan ikrar ini. Ikrar ini semua keinginan kami agar segera dilaksanakan, agar permasalahan segera selesai," ujar Tajul.

Usai menyatakan ikrar, Tajul juga mendapatkan pengalungan surban dari Bupati Sampang dan bersalaman dengan seluruh ulama, pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat Sampang. (hil/fat)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.