Banjir yang melanda dua desa di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo belum surut. BPBD Sidoarjo akan mengerahkan tujuh pompa.
Dua desa yang menjadi langganan banjir tersebut yakni Desa Banjarasri dan Desa Kedung Banteng. Ketinggian air di rumah warga setinggi lutut orang dewasa.
"Rencana ada tujuh pompa yang akan dikerahkan untuk mengurangi debit air di dua desa tersebut. Namun saat ini baru empat pompa yang ditempatkan di dua titik," kata Dwijo Prawito, Kepala BPBD Kabupaten Sidoarjo, Rabu (4/11/2020).
Di lokasi banjir, anggota DPR RI Rahmat Muhajirin yang didampingi anggota DPRD Sidoarjo Mimik Idayana mengatakan, kedatangannya untuk mencari data yang lengkap. Ia mencari jawaban mengapa dua desa ini menjadi langganan banjir.
"Dalam jangka pendek, pihak terkait yakni Pemkab Sidoarjo harus segera melakukan normalisasi drainase yang ada. Selain itu, secepatnya untuk segera menempatkan pompa untuk mengurangi debit air," kata Rahmat kepada wartawan di lokasi.
Rahmat menambahkan, langkah jangka pendek itu bukan solusi yang terbaik. Maka untuk menyelesaikan secara keseluruhan, pihaknya mengharapkan, Pemkab Sidoarjo membuat kolam penampungan air di sekitar desa-desa ini. Sehingga apabila ada genangan air akan segera surut.
"Jadi banjir di dua desa ini agar tidak berlarut-larut. Kami mendapatkan laporan warga bahwa banjir di dua desa yang kemarin sampai enam bulan. Ini kan kasihan," tambah Rahmat.
Menurut Diah (25), warga Desa Banjarasri RT 04 RW 10, banjir di desa ini sering terjadi. Setiap curah hujan tinggi langsung terjadi banjir.
"Sepertinya desa kami ini menjadi langganan banjir di saat musim hujan. Kami berharap Pemkab Sidoarjo memberikan jalan keluar agar tidak mudah banjir," kata Diah.
Hal yang sama disampaikan Siti Fatimah (46). Ia mengatakan, tahun kemarin rumahnya dilanda banjir hampir delapan bulan. Kemudian jalan desa dilakukan peninggian, rumahnya makin mudah terendam banjir.
"Sejak dilakukan peninggian jalan, sekali hujan malah langsung banjir," kata Siti.
Di tempat yang sama, Humas Minarak Brantas Gas, Agoes Hadi Poernomo mengatakan, banjir di dua desa ini banyak penyebabnya. Di antaranya drainase yang kurang lancar, masyarakat menempatkan sampah tidak pada tempatnya, serta ada alih fungsi sawah dijadikan tambak.
"Kalau ada warga yang beranggapan bahwa banjir itu salah satu penyebabnya karena ada pengeboran, itu tidak benar," pungkas Agoes.