Aksi ini berbeda dengan aksi sebelumnya, Kamis (22/10/2020), yang berakhir ricuh. Untuk aksi kali ini lebih kondusif dan aspirasi pun tersampaikan dengan baik. Dalam aksi kali ini, massa hanya memusatkan konsentrasinya di depan gedung DPRD.
Massa hanya membawa poster penolakan UU Cipta Kerja dan melakukan orasi. Tidak ada aksi bakar ban dan pelemparan batu atau pengrusakan seperti aksi sebelumnya.
"Kami minta DPRD untuk mengirimkan aspirasi penolakan kami ke DPR RI. Kami tolak Omnibus Law titik, tidak ada negosiasi," ujar orator, Senin (26/10/2020).
![]() |
Untuk peserta aksi, masih diikuti oleh sejumlah aktivis organisasi pergerakan mahasiswa dan pelajar. Bedanya, demo kali ini tidak lagi ada fenomena pria bertato yang mirip preman seperti terlibat dalam dua aksi sebelumnya.
Bahkan massa menerima kotakan nasi dari polisi. Mereka pun berebut mengambil nasi yang sudah disediakan polisi.
Aksi pun berlangsung singkat. Hanya sekitar 1 jam saja. Sebagian massa, memutuskan menarik diri. Namun demikian, beberapa perwakilan mahasiswa dipersilakan masuk di gedung DPRD Banyuwangi untuk secara langsung menyalurkan aspirasinya.
Polisi yang bertugas melakukan pengamanan pun sudah siap dilokasi. Untuk mengantisipasi kericuhan, sejumlah tindakan preventif pun juga dilakukan. Dari menyisir setiap peserta aksi yang dicurigai membawa petasan atau batu. Hingga memulangkan pelajar di bawah umur yang ikut terlibat aksi.
Ketua DPRD Banyuwangi Made Cahyana Negara mengatakan perwakilan pedemo memberikan berkas terkait penolakan omnibus law. Berkas tersebut nantinya akan dikirim ke DPR RI.
"Tentu aspirasi masyarakat terkait penolakan ini akan kami kirim ke DPR RI," tambahnya.
Pihaknya mengapresiasi aksi demo yang berlangsung damai ini. Pihaknya berharap kegiatan aksi demo selanjutnya tidak ada tindakan anarkis dan perusakan.
"Kami harap semua bisa mengendalikan emosi. Silahkan ungkapkan aspirasi asal tak merusak," pungkasnya. (iwd/iwd)