Beberapa risiko jangka pendek yaitu adanya "captive audiens" atau penonton yang tertawan, istilah untuk orang menghabiskan waktu online selama masa pandemi.
Kedua, besarnya kesempatan bagi kelompok teroris untuk melakukan propaganda melalui dunia maya. Terakhir, kelompok teroris memanfaatkan pandemi sebagai sarana melakukan kegiatan yang berkedok kemanusiaan, namun disalahgunakan untuk kegiatan terorisme.
Selanjutnya, risiko jangka panjang yang muncul akibat pandemi yakni tergerusnya sumber daya yang dimiliki negara untuk kegiatan penanggulangan terorisme, berkurangnya kapasitas dan kemampuan aktor non-negara dalam turut serta menanggulangi terorisme, hingga menurunnya kekuatan ekonomi serta kualitas lingkungan yang berdampak penurunan kesejahteraan masyarakat.
Boy Rafli menyebut, untuk menanggulangi hal ini perlu dilakukan penguatan upaya preventif masyarakat melalui sikap moderat beragama, toleransi dan pluralisme di atas landasan pemulihan ekonomi.
"Penting bagi negara-negara APEC untuk membuat strategi komprehensif dengan pendekatan keras dan lunak untuk mengurangi risiko, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang terkait dengan terorisme selama dan setelah pandemi COVID-19," tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Boy Rafli menambahkan APEC sebagai organisasi ekonomi kawasan, memiliki peran penting dalam menanggulangi terorisme. Karena, memiliki sarana dan kekuatan yang memadai untuk menjawab tantangan dalam mengatasi masalah ekonomi dan pembangunan saat pandemi.
Diketahui, APEC CTWG merupakan wadah peningkatan kerja sama penanggulangan terorisme, di antara anggota ekonomi APEC untuk menjamin aktivitas dan sistem perekonomian, perdagangan serta investasi di kawasan yang terbebas dari ancaman terorisme, atau penyalahgunaan kelompok terorisme.
(sun/bdh)