Blitar -
Proses ekskavasi tahap kedua di Situs Candi Gedog telah rampung. Tim ahli BPCB Jatim menemukan beberapa fakta yang mengungkap terkuburnya situs itu.
Ekskavasi tahap kedua yang berlangsung 8 hari, tim ahli menggali satu kotak dengan kedalaman 2,5 meter dan luas 2 x 3 meter persegi. Tim ahli mengaku kesulitan, karena banyaknya patahan struktur batu bata yang ditemukan. Sehingga mereka harus satu persatu menata kembali menyesuaikan struktur bangunan yang ada.
Arkeolog BPCB Jatim, Nugroho Harjo Lukito mengatakan dilihat dari stratigrafinya, ada beberapa lapisan material yang memendam bangunan situs Candi Gedog. Di bagian bawah, tim menemukan lapisan vulkanis yang diduga berasal dari longsoran erupsi Gunung Kelud di masa lalu.
Di bagian tengah, tim menemukan lapisan reruntuhan yang diduga dari bangunan candi. Sedang di bagian atas, tim mendapati lapisan bekas reruntuhan baru.
"Berdasarkan temuan lapisan reruntuhan baru di bagian atas itu, kami memperkirakan ada upaya pengurukan bangunan candi. Lapisan reruntuhan baru bagian atas itu ditemukan di sisi selatan bangunan," kata Nugroho kepada detikcom, Sabtu (17/10/2020).
Dari temuan itu, Nugroho menyimpulkan ada dua penyebab yang membuat bangunan candi terpendam. Pertama karena faktor alam dan kedua faktor manusia pada masa lalu.
"Kalau alam, lapisannya tidak setinggi bangunan. Karena lapisan yang kami temukan tidak begitu tebal. Kemudian ada upaya pengurukan juga, di sisi selatan. Ada lapisan bata bata baru sangat padat yang menguruk bagian candi," paparnya.
Saat melakukan penggalian, lanjut dia, tim mendapati sebuah rongga membentuk lengkungan seperti terowongan dari bagian atas bangunan. Setelah diteliti, ada jejak perusakan pada rongga seperti terowongan di bangunan.
Nugroho tidak bisa menyebutkan secara pasti pada era apa perusakan itu terjadi. Namun dari temuan-temuan situs lainnya, adanya upaya perusakan dan penjarahan situs cagar budaya terjadi sejak awal abad 20.
"Itu ketika orang Indonesia diajak Belanda untuk melakukan pemugaran. Mereka mulai mengerti pada sebuah bangunan candi, ada bekal pendeman atau cok bakal yang isinya salah satunya ada emas," katanya.
BPCB Jatim ekskavasi tahap kedua/ Foto: Erliana Riady |
Menurutnya, emas yang disimpan pada bangunan candi biasanya kecil dan tipis berbentuk binatang penyu sebagai lambang mikro kosmos. Ada juga terdapat batu mulai seperti topaz pada bangunan candi. Emas dan batu mulia itu biasanya disimpang di bagian sudut dan tengah bangunan candi.
"Mungkin dalam konteks itu mereka melakukan perusakan pada sudut tertentu yang diyakini sebagai tempat menyimpan emas dan batu mulia pada bangunan candi. Biasanya yang diincar bagian tengah dan sudut pojok luar. Kalau struktur bangunan petirtaan, biasanya di bagian tengah," ujarnya.
Dari beberapa temuan baru, Nugroho berasumsi bahwa Situs Candi Gedog bisa berupa candi yang berdekatan dengan petirtan. Proses ekskavasi tahap kedua juga menemukan fragmen arca bagian sandaran atau stela dan siras cakra. Melihat dari pahatannya yang sangat halus dan rapi, diperkirakan usia Candi Gedog lebih tua dari masa Kerajaan Majapahit.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini