"Tentu saja demo massif beberapa hari ini sangat berisiko tinggi terjadinya penularan COVID-19 di kalangan demonstran," kata Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, Windhu Purnomo saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (10/10/2020).
Windhu melihat, para demonstran banyak yang tidak mentaati protokol kesehatan. Seperti berkerumun, tidak memakai masker dengan benar, hingga tidak memakai masker sama sekali. Selain itu, para demonstran juga tidak mencuci tangan selama aksi.
"Karena mereka semua jelas berkerumun dan sebagian cukup besar tidak memakai masker dengan benar selama aksi, apalagi cuci tangan," jelasnya.
Selain menjadi ancaman penyebaran COVID-19 bagi para demonstran, Windhu juga menyebut, aparat keamanan berpotensi tertular virus Corona. Karena mereka terlibat untuk mengamankan di lapangan. Sedangkan kondisi di lapangan saat aksi hingga ricuh berkerumun tanpa jarak.
"Tidak hanya demonstran. Tapi dan para aparat keamanan, karena mereka semua jelas berkerumun," imbuhnya.
Windhu menambahkan, aksi dengan ribuan orang itu tidak menutup kemungkinan akan memunculkan klaster demonstran.
"Berpotensi karena mereka semua berkerumun. Sebagian besar juga tidak memakai masker dengan benar. Ya garis besarnya tidak mentaati protokol kesehatan," pungkasnya
Diketahui, sejak Selasa (6/10) hingga Jumat (9/10) ada demo menolak Omnibus Law di sejumlah daerah di Jatim. Puncaknya pada Kamis (8/10). (sun/bdh)