Aktivitas warga di sekitar Pantai Tambakrejo tampak normal. Para nelayan sibuk membenahi jaring yang akan mereka tebar nanti malam. Ada juga yang membersihkan perahu-perahu yang sandar yang dermaga, untuk armada mereka menuju tengah laut mencari ikan.
Pemandangan ini seakan menepis anggapan, jika warga pesisir selatan Blitar takut akan potensi bencana tsunami. Padahal, dalam setiap aktivitasnya, warga setempat selalu waspada dan belajar tanda-tanda yang diberikan alam.
Untung, nelayan setempat menilai jika potensi bencana itu berupa letusan gunung, telah ada alat untuk deteksi dini. Namun untuk potensi bencana tsunami, alat itu mungkin tak pernah ditemukan para ilmuwan.
"Kalau takut ya manusiawi. Tapi buat apa panik. Wong gak saya sendiri yang bakalan kena. Tapi semua orang yang di sini juga kena. Simulasi tsunami sudah sering kami lakukan. Tapi kan ndak ada alat deteksi yang tepat. Jadi ya melaut tetap, dagangan tetap, tapi selalu waspada," tutur pria 42 tahun ini.
Menurut Untung, desa kelahirannya pernah terdampak tsunami hebat tahun 1994 yang menerjang pesisir selatan Jawa bagian timur. Banyuwangi, saat ini mengalami kerusakan parah dengan banyak korban jiwa. Dan terjangan gelombang sampai radius 500 meter juga dialami desa ini.
"Air masuk rumah pas tengah malam, hanya setinggi dengkul orang dewasa. Semua panik, tapi ya tetap di dalam rumah. Paginya, saya lihat 47 perahu warga sini rusak dan satu korban meninggal dunia. Dari pengalaman itu, kami disini lalu dapat pengetahuan, seharusnya sesaat setelah gempa besar datang itu lari menuju dataran yang lebih tinggi," ungkapnya.
Sementara Soimah (48) yang menjaga warung di bibir Pantai Tambakrejo mengaku takut jika mendengar kabar tsunami. "Takut ya takut, makanya harus waspada. Karena dataran disini kan rendah. Makanya kalau beneran terjadi ya harus cepet-cepet lari ke atas," ucapnya.
Pantauan detikcom, beberapa rambu jalur evakuasi telah terpasang. Yakni dataran tinggi Pesanggrahan yang lokasinya 1,4 km dari bibir Pantai Tambakrejo. Selain itu, tepat di sisi pos pemantauan, juga berdiri alat early warning sistem (EWS) yang telah ditingkatkan kemampuan kerjanya.
Hari ini, Pemkab Blitar kembali melalukan sosialisasi potensi dampak tsunami kepada masyarakat di Desa Tambakrejo. Ini karena, dari 12 desa di empat kecamatan yang berpotensi terdampak tsunami paling luas adalah Desa Tambakrejo di Kecamatan Wonotirto ini. Dengan luasan terdampak 150,20 hektare.
"Sosialisasi yang kami lakukan ini untuk me-refresh kewaspadaan masyarakat sini. Karena peningkatan kesiap-siagaan sangat penting bagi mitigasi bencana, jika potensi itu benar-benar terjadi. Karena tak hanya kesiapan peralatan saja yang diperlukan. Namun justru kesiap-siagaan warga setempat untuk meminimalisasi timbulnya korban," kata Kepala BPBD Kabupaten Blitar Achmad Cholik. (iwd/iwd)