Melihat Lagi Kengerian Tsunami Saat Terjang Banyuwangi Tahun 1994

Round-Up

Melihat Lagi Kengerian Tsunami Saat Terjang Banyuwangi Tahun 1994

Tim Detikcom - detikNews
Minggu, 27 Sep 2020 09:42 WIB
tsunami di banyuwangi
Tsunami Banyuwangi tahun 1994 (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Indonesia berada di wilayah lingkaran rawan bencana dan membuatnya rentan terkena gempa dan tsunami. Beberapa waktu lalu peneliti ITB Sri Widiyantoro menyebut tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat.

Dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan tinggi maksimum rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa jika terjadi secara bersamaan. Tsunami juga berpotensi gempa besar (megathrust) akan terjadi. Riset tersebut berdasarkan hasil pengolahan data gempa yang tercatat stasiun pengamat BMKG dan data Global Positioning System (GPS).

Salah satu tragedi tsunami yang diingat warga di selatan Jawa Timur yakni di Banyuwangi. Tsunami Banyuwangi dipicu gempa bumi dengan magnitudo 7,2 dan menyebabkan 250 orang meninggal, 127 orang hilang, 423 luka, 1.500 rumah rusak, 278 perahu rusak dan hilang. Efek tsunami mencapai pantai Banyuwangi, Jember, Malang, Blitar, Tulung Agung, Trenggalek & Pacitan.

Tragedi tsunami 1994 di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, masih melekat di benak masyarakat pesisir selatan. Tsunami Pancer terjadi pada 3 Juni 1994 sekitar pukul 02.00 WIB. Tak hanya di Dusun Pancer, tsunami juga menerjang wilayah Rajegwesi, Lampon dan Pantai Grajagan dan Taman Nasional Alas Purwo.

Budi (50) salah satu warga Dusun Pancer yang selamat bercerita ombak tsunami menabrak rumahnya seperti kereta api. Tiba-tiba saja tembok rumahnya roboh diterjang ombak setinggi hampir 10 meter. Keras dan berwarna gelap. Rumahnya yang hanya sekitar 50 meter dari bibir pantai, rata dengan tanah.

tsunami di banyuwangiTsunami di Banyuwangi tahun 1994/ Foto: Istimewa

"Sempat mengintip di jendela seperti kereta api gitu. Besar dan gelap. Langsung kena terang itu seperti ditabrak kereta api," kata Budi.

Budi sempat mengamati keanehan Perairan Pantai Pancer. Karena pada saat itu pantai surut beberapa meter. Dirinya mengamati setelah pulang dari menonton wayang di sekitar rumahnya.

"Memang ada kabar gempa, tapi tidak terasa di pantai. Kalau tidak salah di sekitar Malang. Namun di sini yang kena tsunami pada saat itu," tambahnya.

Sementara menurut Siti Fatimah warga Dusun Pancer, tragedi tsunami 1994 di Banyuwangi disebut tragedi Jumat Pon karena terjadi pada Jumat Pon. Saat itu, Fatimah mengaku masih berusia 14 tahun. Dia bisa selamat setelah ibunya mengikatkan tubuhnya ke papan kayu. Dia ditemukan selamat di atas bukit.

"Saya hanya bisa nangis waktu itu. Ibu saya hanyut diterjang tsunami. Semuanya rata dengan tanah. Karena tinggi ombak itu setinggi pohon kelapa," ujarnya kepada detikcom, Jumat (25/9/2020).

Tonton juga 'Penjelasan Peneliti ITB soal Potensi Tsunami 20 M di Selatan Pulau Jawa':

[Gambas:Video 20detik]

Wanita yang kini berusia 40 tahun itu bercerita bahwa rumahnya terangkat ombak yang tiba-tiba muncul Jumat dinihari. Saat itu, ibunya terjaga dan langsung mengangkat dirinya dan lari melalui genting.

"Kejadian tsunami itu pada hari Jumat Pon. Sampai saat ini warga akan tidak melakukan apapun pada jari Jumat Pon," ujar Siti Fatimah (40) salah satu saksi tsunami Pancer kepada detikcom.

Para nelayan di Pancer, kata dia, tidak akan melaut. Hal ini dikarenakan traumatik yang dirasakan warga atas tsunami yang menimpa 26 tahun lalu.

Kebanyakan para nelayan akan melakukan perjalanan mencari ikan selama satu hari penuh. Selanjutnya, hasil tangkapan ikan akan dibawa ke pelelangan, tak jauh dari lokasi.

"Memang benar. Pada saat itu ada yang pulang ke rumah tapi tidak menemukan rumahnya. Karena hancur ditelan ombak. Tangkapannya banyak pada saat itu," tandasnya.

tsunami di banyuwangiTsunami di Banyuwangi tahun 1994/ Foto: Istimewa

Apa yang diceritakan Siti Fatimah diamini Gatot (56), nelayan Pantai Mustika Pancer. Gatot mengaku saat itu dirinya selamat dari gulungan ombak tsunami karena berada di laut. Tidak ada kejadian aneh saat di tengah laut. Hanya ada gelombang agak besar yang bergulung sebanyak 3 kali.

"Tidak ada apa-apa di tengah. Hanya memang ada gelombang besar sebanyak 3 kali. Tapi tidak ada seperti tsunami itu," ujarnya.

Namun keesokan harinya, saat sudah sandar di pinggir pantai, dirinya tidak menemukan rumah yang biasa ditempatinya. Hanya hamparan pantai dan banyak pohon tumbang. "Hasil panen saya tinggal, saya hanya cari istri dan anak. Alhamdulillah selamat," tambahnya.

Gatot mengaku, setiap hari Jumat Pon penanggalan Jawa, dirinya tidak akan melaut. "Karena trauma. Saya harus meninggalkan istri dan anak yang ketakutan karena tsunami," pungkasnya.

Tsunami 1994 menyisakan trauma bagi warga Pancer yang selamat. Sebagian warga yang meninggal dunia diletakkan di sekitar masjid yang menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri. Selanjutnya, jenazah korban tsunami dimakamkan di sekitar dusun. Mereka pun membuat monumen korban tsunami di sekitar pemakaman.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.