Potensi Tsunami di Blitar Diatasi dengan Desa Tangguh Bencana

Potensi Tsunami di Blitar Diatasi dengan Desa Tangguh Bencana

Erliana Riady - detikNews
Kamis, 01 Okt 2020 19:10 WIB
Pemasangan rambu peringatan tsunami
Pemasangan rambu peringatan tsunami di Blitar (Foto: Erliana Riady)
Blitar -

Empat kecamatan di Kabupaten Blitar berpotensi terdampak bencana tsunami. Namun mitigasi bencana telah disiapkan dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) sejak tahun 2019 lalu.

Empat kecamatan itu yakni Bakung, Panggungrejo, Wonotirto, dan Wates. Dari 13 desa yang terdampak, paling luas adalah Desa Tambakrejo di Wonotirto dengan luasan terdampak 150,20 hektare. Kemudian Desa Serang di Panggungrejo seluas 98,58 hektare, dan Desa Ngadipuro di Wonotirto dengan luasan terdampak 61,73 hektare.

Kepala BPBD Kabupaten Blitar, Achmad Cholik mengatakan, program pembentukan Destana sudah dilakukan sejak tahun 2019. Pada Kamis (19/7/2019) Tim Ekspedisi Destana Tsunami 2019 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang rambu peringatan tsunami di kawasan wisata Pantai Tambak, Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

"Mulai dari situ, kami tindaklanjuti dengan menyiapkan Destana di dua lokasi. Yakni di Pantai Tambakrejo Wonotirto dan di Pantai Serang Kecamatan Panggungrejo," jelas Cholik kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).

Cholik menilai masyarakat yang tinggal di kawasan pantai selatan Blitar telah mempunyai pengetahuan dan memahami potensi bencana yang terjadi. Mereka punya kearifan lokal di masing-masing daerah untuk menghindari timbulnya korban jiwa ketika potensi tsunami itu terjadi.

"Namun dalam berbagai mitigasi bencana yang melibatkan semua unsur masyarakat, lebih kami tekankan pada jalur evakuasi. Masyarakatlah yang paling mengerti kondisi wilayahnya, dimana jalur evakuasi dan lokasi yang paling aman dituju ketika potensi itu ada," imbuhnya.

Cholik juga mengimbau, agar masyarakat tidak perlu panik dengan hasil kajian ITB soal potensi tsunami 20 meter itu. Namun pihaknya berharap, masyarakat selalu waspada akan gejala dan tanda-tanda yang disampaikan alam.

"Gak perlu panik. Tapi perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala dan tanda alam. Kami juga telah memeriksa dan memaksimalkan alat EWS. Sehingga ketika potensi itu benar-benar muncul, kami bisa langsung memencet tombol sirine peringatan," tandasnya.

Sesepuh Desa Serang, Ki Raban Yuwono menceritakan, selama ini pantai di pesisir Blitar selatan tidak pernah terdampak parah bencana tsunami. Ini karena palung pantainya lebih dalam dibandingkan pantai di wilayah lain.

"Khusus untuk Serang itu kalau dilihat dari satelit malah katanya yang paling dalam. Itulah kenapa dulu pas zaman Belanda didirikan pos pengawasan disini. Karena di pantai inilah lokasi yang memungkinkan kapal musuh bersandar dan menepi," ujarnya.

Saat kejadian tsunami menerjang Malang selatan, menurut kesaksian Raban, air laut memang naik namun hanya 300 meter dari bibir pantai. Saat itu, justru Pantai Tambakrejo yang posisinya di barat Pantai Serang air laut sampai menerjang permukiman warga.

"Semoga Blitar tidak pernah kena tsunami. Masyarakat sini dan lainnya sudah akrab dengan alam. Pola komunikasi kalau terjadi bencana juga sering dibicarakan bersama. Semoga kita semua diselamatkan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.