Seperti yang diungkapkan Sunardi (40) warga Desa Grajakan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. "Kami minta pemerintah tidak menakut-nakuti kami dengan isu bencana tsunami," ujarnya kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).
Trauma tsunami 1994 membuat warga sekitar takut bencana tersebut terulang. Sehingga ia berharap isu adanya potensi tsunami setinggi 20 meter tidak dibesar-besarkan.
"Yang kami minta adalah informasi yang menyejukkan. Tidak pada menakuti kami adanya bencana. Jika pun bencana itu terjadi, kami harap pemerintah sudah menyiapkan segalanya," imbuhnya.
Namun Budi Wahono, warga Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran memiliki pandangan berbeda. Menurut Budi, warga di lokasi tsunami 1994 lebih siap dalam mengantisipasi bencana.
"Kami sudah banyak dilatih oleh BPBD dan kepolisian dalam menghadapi bencana," ujarnya kepada detikcom.
Menurutnya, lokasi pesisir di wilayah Pancer dan Pulau Merah lebih terbuka. Bahaya ketika ada bencana tsunami lebih tinggi. Namun dengan adanya pelatihan kewaspadaan bencana, masyarakat dinilai lebih sigap.
"Kita juga sudah diajari bagaimana evakuasi ke tempat tinggi. Di Pancer membutuhkan waktu evakuasi selama 10 menit jalan kaki ke tempat tinggi. Kalau naik motor ya 5 menit," tambahnya.
"Tak hanya itu, penanda jalur evakuasi sudah disiapkan oleh pemerintah. Tentu kesiapan kami tergantung pemerintah yang telah memberikan fasilitas yang ada," pungkasnya. (sun/bdh)