Pembahasan SOP sekolah tatap muka di Surabaya akan segera diselesaikan. Seperti yang disampaikan Kepala Dispendik Surabaya, Supomo.
"Sebentar lagi mau kita finalkan terkait SOP. Kalau kajian kita nanti memungkinkan, maka kami akan mengusulkan ke Kemendikbud. Sehingga pelaksanaan pembelajaran di Surabaya bisa dilakukan tatap muka," kata Supomo kepada wartawan di Jalan Jimerto, Rabu (9/9/2020).
Namun sebelum membuka sekolah tatap muka, pihaknya harus melakukan tes swab kepada murid-murid juga, selain guru. Hingga saat ini, tes swab bagi guru masih berjalan.
"Jadi nanti kalau pembelajaran tatap muka kita tidak ingin nanti seminggu buka, dua minggu terus tutup. Maka kami harus teliti dan hati-hati. Kita swab semuanya termasuk guru dan murid," ujarnya.
Dispendik juga sudah melakukan pendataan kepada orang tua murid. Jika wali murid memiliki penyakit penyerta, maka siswa tidak bisa mengikuti sekolah tatap muka. Tetapi siswa tetap sekolah daring.
Para guru juga didata terlebih dulu, apakah ada yang hamil atau memiliki komorbid. Jika memiliki penyakit penyerta atau hamil, maka tidak diperbolehkan mengajar, tapi tetap mengajar secara daring.
"Jadi bisa dikatakan sekolah tatap muka ini adalah salah satu alternatif, karena pembelajaran melalui daring tetap dilakukan. Selain tatap maka, pembelajaran melalui televisi juga tetap dilakukan. Karena varian-varian yang nanti menjadi pilihan, sehingga semua anak, baik yang mempunyai kemampuan finansial atau tidak itu tetap bisa sekolah," jelasnya.
Dispendik juga sudah berusaha mencari CSR. Sehingga semua anak di Surabaya tidak memiliki alasan untuk tidak sekolah.
"Kemarin kita alhamdulillah dapat Rp 4,3 miliar untuk membantu siswa dari keluarga tidak mampu. Sehingga mereka nanti tidak ada alasan untuk tidak sekolah. Saat ini pun kami mendatangi anak-anak yang belum sekolah dan kita punya daftarnya. Kita datangi dari rumah ke rumah sehingga mereka kami daftarkan dan mereka mau sekolah," pungkasnya.