Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi membenarkan hal tersebut. Kasus kematian dokter karena COVID-19 sudah ada di Jatim sejak awal pandemi bulan Maret lalu.
"27 dokter meninggal karena COVID-19 di Jawa Timur. Berdasar data Satgas COVID-19 IDI Jawa Timur, pada bulan Maret sudah ada 1 kasus kematian karena COVID-19," kata Joni di Surabaya, Sabtu (5/9/2020).
Joni menjelaskan dari total 27 kematian dokter, bulan Juli lalu menjadi bulan dengan penyumbang kematian dokter terbanyak di Jatim.
Dengan rincian Maret 1 dokter meninggal dunia, April 1 dokter meninggal dunai, Mei 3 dokter meninggal dunia, Juni 7 dokter meninggal dunia, Juli 10 dokter meninggal dunia dan Agustus 5 dokter meninggal dunia.
Menurut Dirut RSU dr Soetomo ini, para dokter yang meninggal dunia kemungkinan terpapar saat sedang praktik. Beberapa kasus juga ditemukan banyak pasien tidak jujur dengan keadaannya yang menyebabkan dokter tertular.
"Jadi ada yang tertular di tempat prakteknya. Mungkin ada pasien tidak jujur dengan gejalanya, akhirnya menularkan ke dokter yang membuka praktik mandiri," imbuhnya.
27 dokter yang meninggal di Jawa Timur, disebut Joni ada yang memiliki komorbid. Baik itu hipertensi, jantung hingga ginjal dan diabetes. Penyakit-penyakit tersebut, punya risiko fatal terhadap kemungkinan pasien COVID-19 bisa survive/tidak survive.
"Penyakit yang rawan sekali membawa kematian pada pasien COVID-19 itu hipertensi, jantung, ginjal, diabetes, PPOK. Jadi bagi masyarakat yang memiliki komorbid ini, harus hati-hati sekali, dan menjaga dirinya dengan protokol kesehatan," tegasnya.
27 Dokter meninggal di Jatim berasal dari Surabaya (10 dokter), Sidoarjo (4 dokter), Malang Raya (3 dokter), Gresik (2 dokter), Sampang (1 dokter), Kab Probolinggo (1 dokter), Kab Blitar (1 dokter), Kota Blitar (1 dokter), Bangkalan (1 dokter), Lamongan (1 dokter), Kab Kediri (1 dokter), Tuban (1 dokter). (iwd/iwd)