Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi mengatakan saat ini pihaknya sedang intens memisah pasien gejala ringan dengan pasien bergejala sedang dan berat.
"Sekarang kita pisahkan bahwa pasien dengan gejala ringan akan fokus dirawat di RS Darurat COVID-19 Jatim. Kalau untuk pasien gejala sedang dan gejala berat dirawat di RS Rujukan COVID-19 di Jatim. Hal ini dilakukan agar pasien misal ringan konsen dirawat di RS Darurat. Kalau sedang dan berat di RS Rujukan," kata Joni saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Senin (24/8/2020).
Joni menjelaskan dengan memisah pasien, maka bisa mempercepat diagnosa pasien dengan gejala berat agar segera mendapat perawatan khusus.
Terlebih, lanjut Joni, pasien dengan gejala berat berisiko masuk ke ruang ICU. Di ruang ICU dengan menggunakan ventilator, persentase kematian pasien bisa mencapai angka 74 persen.
"Di RSU Soetomo tempat saya, 74 persen angka kematian. Belum di rumah sakit lain yang mungkin ahlinya tidak sebanyak di Soetomo," jelas pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSU dr Soetomo ini.
Joni menyampaikan Gugus COVID-19 Jatim bekerja keras agar bisa mempercepat memisah pasien untuk menurunkan angka kematian. Ditambah adanya alat High Flow Nasal Canulla (HFNC) disebut Joni bisa memberi harapan agar pasien gejala berat sembuh.
"Alat-alat berdatangan khususnya HFNC, dipakai untuk pasien yang timbul gejala gagal nafas. Jadi alat itu membantu supaya pasien tidak masuk ke ruang perawatan dengan ventilator," terangnya.
"Alat ini (HFNC) susah dapatnya. Kita baru memiliki sekitar 12 yang ditaruh di RS Rujukan. Semoga alat ini menjadi jawaban untuk menekan angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan," pungkasnya.
Tonton video 'Dapat Komitmen 290 Juta Vaksin, Jokowi: Kalau Berlebih Dijual':
(fat/fat)