Banyak partai politik yang tidak mau bertaruh dalam Pilbup Blitar. Mereka berpotensi memberikan dukungan kepada petahana yang maju lagi dalam Pilkada 2020. Seperti yang disampaikan Pengamat Politik Universitas Brawijaya (UB) asli Blitar, Doktor Sholih Mu'adi.
Sehingga munculnya calon tunggal diprediksi akan terulang seperti pada Pilbup Blitar 2015. Sholih menilai, akseptabilitas dan elektabilitas pasangan petahana masih sangat kuat.
Menurutnya, faktor ini yang menjadi magnet bagi parpol lain memilih berkoalisi dengan PDIP, partai politik, yang selangkah lebih maju memberikan rekomendasinya pada Bupati Blitar Rijanto dan Wabub Marhaenis Urip Widodo. Sementara untuk Kota Blitar, rekom telah diberikan kepada Wali Kota Blitar Santoso dan Tjujuk Sunariyo, seorang kader Partai Gerindra.
Menurut Sholih, basis Matraman itu Blitar, Kediri, Tulungagung dan Trenggalek. PDI Perjuangan terbukti sebagai parpol paling kuat di wilayah ini. Ada ikatan emosional, historis wilayah Matraman dengan sejarah pendiri bangsa, Bung Karno.
"Karena dengan posisi inilah, partai pemenang tidak mau gambling untuk mengangkat orang baru yang belum tentu elektabilitas dan akseptabilitasnya bisa dipertanggungjawabkan. PDIP pengen save saja. Sehingga rekom diberikan kepada petahana. Baik di kota maupun Kabupaten Blitar," ucap Sholih kepada detikcom, Selasa (18/8/2020).
Jalinan partai di basis Matraman, lanjut dia, sangat kuat. Hampir pasti tidak bisa dipungkiri, bahwa apa yang diusung PDIP selalu leading dalam pertarungan memperebutkan posisi Wali Kota atau Bupati Blitar. Fakta ini juga yang membuat partai politik lain lebih memilih berkoalisi dengan PDIP, daripada repot memilih dan mencalonkan kadernya sendiri.
"Kalau kota, incumbent Santoso ini bukan kader partai dan bukan godfather seperti Samanhudi dulu. Jadi kota lebih cair. Tapi di Kabupaten Blitar, saya melihat belum ada yang bisa menandingi kekuatan Rijanto dan Marhaenis," imbuhnya.
Sementara, imbuhnya, PDIP maju sendiri sudah cukup. Dan penantang belum ada yang dalam tanda kutip bisa menandingi akseptabilitas dan elektabilitas incumbent. Ada beberapa nama seperti Kang Aziz-Risyad yang rencananya diusung Golkar. Namun Golkar sendiri tidak cukup. Dan juga ada Munib yang akan diusung PKB.
"Saya punya keyakinan, pada akhirnya partai politik lain akan realistis. Seandainya toh nanti maju, akan konyol kemungkinannya. Oleh karenanya, parpol lain akan beramai-ramai bergabung mendukung Rijanto-Marhaenis," kata Dekan FISIP UB Malang ini.
Sholih mengaku sering berkomunikasi dengan elit politik di Kabupaten Blitar. Kabarnya, ada beberapa parpol sudah mendekat ke petahana. Seperti Demokrat, Gerindra dan PKB yang masih malu-malu kucing. Maunya mengusung sendiri, tapi jagonya belum bisa diandalkan menantang kekuatan incumbent.
"Merangkai koalisi ini yang butuh perhitungan matang. Dan incumbent sudah mengkondisikan ke parpol lain untuk memberikan dukungan. Selama parpol lain tidak mampu merangkai koalisi itu, ya calon tunggal berpotensi besar terulang di Pilbup Blitar," pungkasnya.