Tak mudah bagi korban pelecehan seksual untuk sembuh dari trauma dan luka batinnya. Apalagi seseorang tersebut sedang menempuh studi di kota terbesar ke dua di Indonesia. Peristiwa yang dialami korban fetish pocong berinisial P ini tak mudah dilupakan.
Merasa hal tersebut sebagai aib, perantau P ini bersalah jika melapor. Karena pada waktu itu pemikirannya yang belum terbuka seperti saat ini. Dia pun memilih menyimpannya sendiri beban batin yang disimpan berbulan-bulan. P justru merasa akan dihakimi dengan pertanyaan kenapa bisa tidak hati-hati. P pun berusaha kompromi dengan dirinya sendiri dan menyembuhkan luka batinnya.
Karena terdorong ingin menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu, P akhirnya memiliki semangat belajar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair. Hingga suatu saat teman-temannya di FIB Unair menemukan masalah sesama angkatan. Teman-temannya tersebut mencoba mengkonfirmasi ke dirinya, yang sudah tidak bergaul dengan pelaku lagi.
Akhirnya, P pun memberanikan diri untuk menceritakan ke teman-temannya tentang aksi Gilang. Mulai dari kejadian hingga ditutup kain dan lain-lain. Rupanya, teman-temannya pun syok.
"Trauma pasti sih dan berlangsung selama berbulan-bulan karena seperti ada seseorang melakukan kejahatan dan itu tidak bisa dimaafkan. Dampaknya besar terutama kesehatan mental sempat down, tidak semangat, benci dengan diri sendiri. Dan itu berlangsung lama. Saya sering jatuh bangun kadang ada penolakan, saya merasa sudah kotor," kata P kepada detikcom, Minggu (2/8/2020).
Tonton video 'Ahli Seksolog Pertanyakan Trauma Masa Kecil Pelaku 'Fetish Kain Jarik':