Dua ekor sapi mengamuk di Blitar. Jika dilihat dari fisiknya, warga menyebut sapi-sapi hewan kurban itu berasal dari luar Pulau Jawa. Sapi tersebut mengamuk terjadi pertama kali terjadi di Kelurahan Bendogerit Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Kamis (30/7) sore.
Pemilik memilih melaporkan ke polisi karena mengancam keselamatan pemakai jalan. Akhirnya, polisi menembak sapi sampai dua kali untuk melumpuhkannya. Dan pemilik langsung menyembelih di lokasi kejadian, sehari sebelum Idul Adha.
Sapi mengamuk kedua terjadi, Jumat (31/7) pagi di musala Dusun Klepon Desa Sidodadi Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Karena amukan sapi terhalang pohon, warga agak mudah menggulingkan, mengikat ke empat kakinya dan langsung disembelih tepat pada Hari Raya Idul Adha.
Menurut warga Dusun Klepon, Widodo, apa yang diposting di media sosial memang benar. Kedua sapi kurban yang mengamuk sejenis. Sapi kurban yang mengamuk di musala dusunnya, juga dibeli dari penjual hewan kurban di Desa Bence Kecamatan Garum. Sama dengan sapi yang dikirim ke sebuah masjid di Bengerit Kota Blitar, juga dibeli dari penjual di Bence, Garum.
"Iya sama dengan sapi yang ngamuk di kota kemarin ini. Kami ambil dari Bence Garum juga. Mungkin sapi dari luar Jawa, kalau dilihat fisiknya sepertinya sapi luar Jawa. Warna kulitnya putih bersih, besarnya badan dan umurnya ya sama dengan yang kemarin ngamuk di kota itu," kata Widodo kepada detikcom, Sabtu (1/8/2020).
Namun Disnakkan Pemkab Blitar tidak yakin sapi kurban yang mengamuk didatangkan dari luar Pulau Jawa. Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Disnakkan Pemkab Blitar Nanang Miftahudin mengatakan jika dari luar Blitar kemungkinan benar.
"Dilihat dari fisiknya, itu sapi ras Peranakan Ongol (PO). Tahun 2019 peternak sini banyak beralih ke ras limosin dan simental karena lebih menguntungkan. Tapi sapi jenis itu masih banyak di daerah Tuban, Lamongan dan Blora," kata Nanang.
Nanang menambahkan, jika ada sapi yang didatangkan dari luar pulau, pihaknya pasti mendapatkan koordinasi dari petugas di wilayah perbatasan dengan dibuktikan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
"Bukan kalau dari luar Jawa. Kalau dari tiga daerah tadi kemungkinan besar benar. Karena pengiriman sapi sesama areal Jawa memang tanpa SKKH. Selain itu, banyak jalur untuk masuk wilayah Blitar yang tidak mungkin kami pantau semua," imbuhnya.
Mengamuknya dua sapi dari luar Blitar, dimungkinkan terjadi karena banyak hal. Seperti terlalu dekat dengan waktu penyembelihan, sehingga sapi masih dalam kondisi capek setelah dalam perjalanan.
"Masih capek perjalanan, lalu stres melihat orang banyak bisa jadi pemicu sapi kurban ngamuk," pungkasnya.