Omzet Perajin Besek di Banyuwangi Meningkat 60 persen

Omzet Perajin Besek di Banyuwangi Meningkat 60 persen

Ardian Fanani - detikNews
Kamis, 30 Jul 2020 19:10 WIB
Omzet Perajin Besek untuk Wadah Hewan Kurban di Banyuwangi Naik 60 persen
Omzet besek di Banyuwangi tinggi (Foto: Ardian Fanani/detikcom)
Banyuwangi -

Anyaman bambu sebagai wadah atau besek hewan kurban sedang naik daun. Para pengrajin besek di Lingkungan Papring, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi banjir orderan.

Adanya kampanye tidak menggunakan kresek atau plastik kepada panitia penyembelihan hewan kurban sejak 2 tahun lalu, membuat omzet penjualan besek meningkat tajam.

"Peningkatan omzet pesanan besek tahun ini mencapai 60 persen, karena setelah adanya kampanye tidak menggunakan plastik sejak 2 tahun lalu, warga berpaling ke besek yang ramah lingkungan," ujar Widi Nurmahmudy, owner Kampoeng Batara, pembina pembuatan besek masyarakat di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Kamis (30/7/2020).

Hingga kini, ada 12 perajin di bawah binaan Kampoeng Batara Papring yang memproduksi besek dan aneka kerajinan dari anyaman bambu lainnya. Mereka dalam seminggu, mampu menghasilkan 3.000 hingga 5.000 besek.

"Di Lingkungan Papring sendiri, total perajin besek dan anyaman bambu berjumlah sekitar 60 orang. Jika ada pesenan banyak, seluruh kekuatan warga Papring akan bersama-sama memenuhi pesanan tersebut," tambah pemuda kreatif yang sering mendapat penghargaan regional maupun nasional ini.

Pemesanan dilakukan oleh beberapa panitia penyembelihan hewan kurban di Banyuwangi. Mereka mematok harga antara Rp 2.000 hingga Rp 15 ribu tergantung ukuran.

"Tergantung besar dan kecil. Juga tergantung pola dari anyaman," tambahnya.

Menurutnya, sumber daya alam (SDA) bambu sebagai bahan baku tidak akan pernah habis. Mengingat sekarang di Papring ada gerakan menanam bambu di lahan-lahan atau kebun-kebun warga.

"Kami di Lingkingan Papring ini sangat membutuhkan workshop, atau tempat kerja yang luas. Sehingga hasil kerajinan warga bisa tersimpan dengan baik. Bukan seperti sekarang tersimpan di dapur dan bisa merusak kualitas jika dalam waktu lama," jelas Widi.

Selain workshop, potensi yang di ada di Papring perlu adanya sentuhan pelatihan khusus. Mengingat sekarang banyak yang memesan khusus, dengan model anyaman terbaru.

"Kalau pesanan khusus, kami hanya bisa memberdayakan 12 perajin yang selama ini sudah aktif mengikuti perkembangan motif anyaman. Namun 60 perajin lainnya, masih memproduksi besek standart seperti yang dilakukan secara turun temurun sejak puluhan tahun lalu," kata Widi.

Generasi-generasi muda di Lingkungan Papring, sekarang tambah bersemangat menekuni kerajinan anyaman bambu. Mereka tertantang untuk mengoptimalkan potensi yang diwarisi secara turun-temurun, juga sumber daya alam yang tidak habis di desanya. Bahkan mereka tidak malu lagi, jika harus mengantar pesanan besek ke kota.

Widi berharap, ada lembaga atau instansi terkait yang memberikan pelatihan sebagai tambahan ketrampilan. Mengingat saat hajatan seperti sekarang, sudah banyak orang yang beralih menggunakan souvenir dan buah tangan dari anyaman bambu.

"Saat ini, kami mendapat seribu lebih souvenir pernikahan. Antara pemesan yang satu dengan lainnya beda motif, makanya pengetahuan tentang anyaman ini harus terus diupdate sesuai permintaan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.