Kawah Ijen Dibuka Usai 'Tsunami', Penambang Belerang Kini Bisa Menambang Lagi

Kawah Ijen Dibuka Usai 'Tsunami', Penambang Belerang Kini Bisa Menambang Lagi

Ardian Fanani - detikNews
Selasa, 14 Jul 2020 12:12 WIB
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi belum bisa membuka kembali penambangan belerang di Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen.
Penambang belerang (Foto: Ardian Fanani/File)
Banyuwangi - Pendakian Gunung Ijen telah dibuka kembali. Seiring dengan pembukaan destinasi Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, para penambang belerang pun kembali beraktivitas.

Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi para penambang setelah hampir dua bulan menganggur usai bencana 'tsunami' Danau Kawah Ijen.

Kasi Konservasi BKSDA Banyuwangi, Purwantono membenarkan pembukaan destinasi TWA Kawah Ijen memiliki dua manfaat. Di antaranya untuk para pengunjung wisata dan penambangan belerang.

"Ada dua aktivitas yang diperbolehkan. Pengambilan (penambangan) belerang dan kunjungan wisatawan," kata Purwantono kepada wartawan, Selasa (13/7/2020).

BKSDA, kata Purwantono, tetap memberlakukan protokol kesehatan kepada penambang belerang seperti halnya wisatawan yang berkunjung. Penambang belerang wajib menggunakan masker.

"Protokolnya sebagaimana yang ditetapkan pemerintah. Menggunakan masker, tetap jaga jarak, dan mencuci tangan baik saat hendak naik maupun setelah turun dari Ijen," ujarnya.

Sementara itu, Cung Liyanto, pimpinan PT Candi Ngrimbi Unit Banyuwangi menyambut baik dibukanya aktivitas penambangan belerang tersebut. Para penambang belerang sebelumnya sering kali datang ke kantornya, menanyakan kapan penambangan belerang Ijen di buka.

Sebab, selama ditutup kondisi perekonomian para penambang cukup memprihatinkan. Mereka tak lagi bisa menafkahi keluarga, mengingat di kawah Ijen inilah satu-satunya sumber penghasilan mereka.

"Mereka sering datang ke kantor. Mikul belerang inikan pekerjaan turun temurun. Jadi mereka (penambang) sulit untuk dialihkan atau dieksoduskan ke pekerjaan lain. Selain nggak punya ijazah, mereka juga nggak punya keahlian di bidang lain," kata Cung Liyanto.

Cung Liyanto menambahkan, bencana 'tsunami' Danau Kawah Ijen beberapa waktu lalu mengakibatkan lokasi tambang belerang rusak berat. Banyak pipa-pipa sublimasi yang hilang terbawa gelombang air danau. Sejauh ini, baru 30 persen saja pipa sublimasi yang selesai diperbaiki.

"Dari 90 dapur (sublimasi) baru selesai 28. Untuk bisa kembali 90 itu susah. Aset kita banyak yang hilang terbawa arus danau," kata Cung Liyanto.

Untuk sementara waktu, pihaknya berinisiatif untuk membongkar pipa dapur sublimasi yang kurang produktif, untuk kemudian dipindahkan ke dapur yang produktif. Atas kondisi inilah, pihaknya memberlakukan sistem satu hari kerja satu hari libur kepada para penambang belerang.

"Kita ambil jalan pintas. Dapur sublim yang produksinya kurang bagus kita bongkar. Kita pindah ke tempat dapur yang bagus. Soalnya, saat kita pesan pipa sublime yang baru, home industry yang buat ternyata tutup. Jadi dari 150-an penambang tidak bisa semuanya masuk. Kita terapkan sif. Sehari kerja. Belum maksimal," pungkasnya. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.