Menurut Rusdhy, kala itu PETA daerah lain tidak ingin pemberontakannya gagal seperti yang terjadi di Blitar. Dalam buku karya Sudancho Oemar Bahsan ditulis, Eisei Chudanco dr Soetjipto sering memimpin rapat rahasia perwira PETA yang bertugas di Rengasdengklok dan Daidan 1 Jakarta.
Pada 15 Juni 1945, rapat itu membahas bagaimana langkah PETA berjuang meneruskan pemberontakan PETA Blitar untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Di buku Peristiwa Rengasdengklok karya Oemar Bahsan halaman 32 tertulis, 'dr Tjipto membentangkan, bahwa ia sudah mengadakan hubungan ke chudanco di semua Daidan seluruh Djawa. Oleh karena itu semua perdjoangan dalam PETA harus dipusatkan kepadanja'.
"Kesaksian para pelaku ketika Yayasan PETA (Yapeta)melakukan rekonstruksi peristiwa Rengasdengklok pada 1995, mereka menyebut ada kelompok Kipas Hitam yang dipimpin dr Tjipto. Kelompok inilah yang secara rahasia mendesain semua peristiwa menuju kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 ditandai pembacaan teks Proklamasi itu. Tapi siapa yang percaya saya sekarang, wong pelakunya sudah pada meninggal semua," tutur alumni Universitas Indonesia itu.
Rusdhy menyebut, tak ada satupun yang pernah menulis dan mendokumentasikan kegiatan intelijen yang bersifat rahasia. Namun dari kajian ilmiah, dokumentasi yang masih tersimpan di museum Yapeta Bogor dan kesaksian pelaku sejarah dalam rekonstruksi Rengasdengklok 1995 itu, bisa disimpulkan bahwa selain sebagai perwira bagian kesehatan, kiprah dr Soetjipto banyak dilakukan dalam kegiatan intelijen.
Masih dari buku Oemar Bahsan, diceritakan bagaimana Soetjipto mengatur skenario penculikan Soekarno-Hatta dan pemilihan tempat Rengasdengklok sebagai lokasi mengamankan dua tokoh bangsa itu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini