Era transisi new normal new spirit tidak menyurutkan semangat anak-anak Taman Pendidikan Quran (TPQ) untuk belajar mengaji di tengah pandemi Corona. Meski harus memakai protokol kesehatan yang ketat, mereka tetap antusias menimba ilmu.
Suasana Masjid Ainul Yakin di Jalan Silindri Raya Perum TNI AL Kota Baru, Driyorejo tampak lengang sore itu. Biasanya, setiap sore di tempat itu selalu ramai dipenuhi anak-anak setempat yang belajar mengaji.
Sejak adanya pandemi COVID-19, pihak pengurus TPQ Masjid Ainul Yakin memang telah mengalihkan kegiatan mengaji anak-anak. Bukan lagi di masjid, tetapi di rumah gurunya.
Salah satu pengurus TPQ Ainul Yakin M Rofiq mengatakan, kegiatan mengaji anak-anak ini memang sudah tidak dilaksanakan di masjid sejak masuk lagi. Alasannya, untuk menghindari kerumunan dan mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Corona yang masih mewabah ini.
Tak hanya itu, setiap anak-anak yang belajar juga diwajibkan memakai masker, face shield, dan menggunakan hand sanitizer sebelum masuk ke rumah gurunya. Sedangkan untuk menerapkan physical distancing, kegiatan belajar mengaji dibagi 2 gelombang.
"Kami dari pengurus baru saja memulai kegiatan belajar mengaji seminggu yang lalu. Karena masih ada Corona jadi kami tidak melaksanakan kegiatan di masjid. Sebagai gantinya di rumah gurunya masing-masing," kata Rofiq kepada detikcom, Rabu (17/6/2020).
"Meski di rumah guru, kami juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Wajib pakai masker, face shield dan membersihkan tangan dengan hand sanit. Dan tentu kami menerapkan physical distancing. Makanya kami terapkan 2 gelombang," tambah Rofiq.
Dia mengakui pada awalnya, anak-anak sempat mengalami kesulitan saat harus memakai masker dan face shield. Namun perlahan hal itu tak menjadi masalah dan anak-anak tetap antusias.
"Awalnya ya kesulitan mengaji dengan memakai masker dan face shield. Tapi sekarang mereka sudah terbiasa," tuturnya.
Menurut pria yang mengambil gelar doktor di UIN Sunan Ampel bahwa di TPQ Ainul Yakin saat ini tercatat ada sekitar 100 murid. Dalam sekali gelombang mengajar, setiap guru mengajar 15 anak-anak.
![]() |
"Muridnya kurang lebih 100. Setiap guru sekali gelombang mengajar 15 anak," tandasnya.
Lalu sampai kapan protokol digunakan? Rofiq menyebut hingga virus Corona benar-benar hilang. Ia juga berharap cara yang diterapkan ini bisa menjadi contoh di masa transisi new normal new spirit.
"Kalau sampai kapan ya sampai Corona hilang. Makanya kami berharap hal ini juga dapat ditiru di tempat lain. Meski ada Corona tapi harus tetap semangat belajar mengaji," pungkasnya.